Lyra sedang berada toko buku, hendak mencari novel. Novel-novel yang ada dikamarnya sudah habis ia baca. Lyra ingin menambah stok lagi.
Tadi Lyra pergi diantarkan oleh Leo. Tapi laki-laki itu sekarang sudah pergi. Katanya lagi ada urusan. Lyra tidak menanyakan urusan apa, dia sedang tidak ingin kepo.
“Buku-buku ini seperti dia. Gue suka semuanya, tapi gak bisa gue miliki,” gumam Lyra memandang nanar isi dompetnya dan buku-buku yang tersusun di rak buku.
Lyra berdecak kesal. Seharusnya tadi ia meminta uang Leo saja. Uangnya sekarang sedang tidak cukup untuk membeli tiga novel.
“Pilih yang mana, ya? Ck, kenapa cewe selalu dikasih pilihan, sih. Kalau bisa semuanya kenapa harus memilih,” gerutu Lyra kesal.
“Eh tapi gue juga gak bisa beli semuanya.” Lyra sedaritadi sedang bermonolog saat melihat novel yang ingin dia beli. Masalahnya novel yang ingin gadis itu beli bukan cuma satu.
“Beli yang ini aja deh. Kapan-kapan minta Leo beliin yang lainnya,” gumamnya kemudian mengambil novel yang dia pilih. Gadis itu lalu melangkah kekasir untuk membayar.
Lyra mengambil ponsel yang berada dalam ransel mininya lalu menaruh novel itu kedalam ransel. Gadis itu menelpon Leo untuk dijemput. Namun yang berbicara malah mbak-mbak operator yang mengatakan bahwa nomor Leo sedang tidak aktif.
“Gimana sih. Katanya telpon aja kalau mau dijemput, tapi hpnya malah gak aktif,” gerutu Lyra menghentakkan sebelah kakinya kesal. Panas-panas begini disuruh menunggu. Dia juga mau menunggu dimana? Tempat duduk yang berada didepan tokoh novel itu sudah terisi oleh om-om yang sedang merokok.
Lyra berjalan menjauh kemudian mencari tempat untuk dia bisa menunggu Leo. Sambil berjalan, gadis itu juga mencoba menelpon Leo lagi.
“Cewek, sendirian, ya?”
Lyra terkejut saat mendengar suara disampingnya. Dia sedikit menghindar lalu melihat siapa orang itu.
“Huft, Kak Aroon ngagetin aja.” Lyra menghela nafas. Ia kira tadi om-om yang ditokoh novel itu yang mengikutinya. Hampir saja dia memberikan jurus tendangan yang pernah diajarkan oleh Leo.
“Habis darimana? Sendiri?”
“Dari beli novel. Iya, sendiri. Lagi nungguin Leo tapi nomornya gak aktif.”
“Mau pulang? Bareng gue aja,” tawar Aroon. Tanpa berpikir lama, Lyra segera mengiyakan. Jika menunggu Leo, belum tentu laki-laki itu akan datang. Nomornya saja tidak aktif.
“Mau jalan-jalan dulu, gak?!” tanya Aroon dengan sedikit berteriak agar dapat didengar oleh gadis diboncengannya.
“Langsung pulang aja, Kak!” jawab Lyra. Jika cuaca sedang panas begini, ia lebih memilih berada dirumahnya.
Lyra menunjukkan Aroon arah rumahnya. Hingga mereka sudah sampai pada rumah elit yang didepannya terdapat bunga-bunga segar yang bermekaran.
“Mau masuk dulu, Kak?”
“Boleh. Ayo.” Aroon segera turun dari motornya kemudian mengikuti Lyra memasuki rumah gadis itu.
“Assalamualaikum!” salam Lyra saat membuka pintu kemudian mempersilahkan Aroon untuk masuk. Padahal tadi dia hanya basi-basi mengajak kakak kelasnya ini.
“Waalaikumsalam. Eh, ada tamu.”
“Ini Aroon, Ma. Kakak kelas Lyra,” ucap Lyra pada Miranda. Miranda mengangguk sambil tersenyum lalu mempersilahkan Aroon untuk duduk.
“Lyra taruh tas dulu ya, Kak,” ucap Lyra kemudian berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
“Ada apa, sayang? Lagi ada urusan sekolah, ya?” tanya Miranda pada Aroon.
KAMU SEDANG MEMBACA
YUANFEN (END)
Teen FictionCerita ini mungkin terbilang "klasik" namun didalamnya penuh dengan banyak makna. Orang bilang, pertemanan antara laki-laki dan perempuan itu mustahil. Disinilah Lyra dan Leo yang terjebak dalam kisah umum persahabatan. Silahkan bergabung kedalam c...