Selamat membaca, jangan lupa meninggalkan jejak💓
Disisi lain, seorang gadis sedang dilanda cemas, dia sedari tadi bolak balik dikamarnya dengan nafas yang tidak beraturan.
“Seharusnya gak gini. Maksud gue gak gini,” lirih gadis itu.
Seharusnya yang dia tabrak tadi adalah Lyra, dia benar-benar tidak melihat kehadiran Leo yang akan datang menyelamatkan Lyra.
***
Empat minggu ini, Lyra terus saja datang kerumah sakit guna melihat kondisi Leo. Sudah empat minggu juga Leo belum membuka matanya.
“Nak Lyra, ga balik ganti baju dulu?” tanya Alhena yang melihat Lyra masuk kedalam ruangan dengan masih memakai seragam sekolah. Gadis itu selalu seperti itu, sepulang sekolah dia selalu langsung datang kerumah sakit, bahkan saat ingin berangkat sekolah-pun, Lyra terlebih dahulu menyempatkan diri melihat keadaan Leo.
“Lyra udah bawa baju ganti, Ma. Nanti ganti disini aja,” jelas Lyra yang menaruh ransel sekolahnya di sofa kamar rawat.
Alhena tersenyum lalu memegang pipi kiri Lyra. “Kamu jaga kesehatan ya, Nak. Mama liat berat badan kamu sepertinya menurun?”
Lyra hanya tersenyum menanggapi ucapan Alhena. Selama Leo dirawat, nafsu makan Lyra memang kurang. Dia selalu memikirkan hal-hal yang akan terjadi pada Leo, seperti apakah Leo akan membuka matanya, apakah Leo bisa kembali bangun untuk memarahinya, Lyra selalu memikirkan hal yang seharusnya tidak dia pikirkan itu. Bagaimanapun, penyebab Lyra berbaring di ranjang rumah sakit juga karena dirinya.
“Mama titip jagain Leo ya. Mama mau pulang buat masak dulu, sekalian nanti bawain kamu makanan.”
“Iya, Ma. Hati-hati.”
Lyra melihat punggung Alhena yang sudah menghilang dibalik pintu. Gadis itu kemudian duduk di kursi samping ranjang Leo.
“Lo gak bosen tidur terus?” tanya Lyra memperhatikan wajah Leo yang terlelap.
“Lo gak pengen gitu bangun trus marahin gue? Gue juga sebenarnya pengen ngomelin lo.”
“Harusnya lo biarin aja gue ketabrak,” lirih Lyra yang terus saja berbicara pada Leo yang masih setia memejamkan kedua matanya.
Lyra menunduk kemudian sesaat dia terisak. Dia merindukan omelan Leo, dia ingin Leo segera pulih.
“Gue bener-bener minta maaf, Leo. Gue janji gak akan ngambekan lagi. Gue janji buat gak ceroboh lagi, gue janji bakal terus dengerin lo –hiks.”
“Gue pegang janji lo.”
Isakan Lyra terhenti mendengar suara pelan didepannya. Kepalanya kembali ia dongakkan dan melihat Leo yang menatapnya.
“Leo? Lo udah siuman?”
Lyra dengan cepat memencet bel yang terhubung ke kantor perawat. Bahkan Lyra menekannya hingga tiga kali. Dia sangat senang Leo kembali sadar. Lyra juga tidak lupa untuk menelfon Alhena dan Izar, serta kedua orang tuanya.
***
“Lo pengen minum lagi ga?” tanya Lyra dengan kedua tangan terlipat berada diatas ranjang Leo.
Leo hanya membalas dengan gelengan kepala. Pasalnya sedari tadi Lyra terus menanyakan hal yang sama setelah membantu Leo minum.
“Lo pengen apa dong?”
Tangan Leo bergerak menggenggam tangan Lyra dengan jempol yang bergerak mengusap punggung tangan gadis disampingnya.
“Maafin gue,” ucap Leo pelan.
Lyra memukul bahu kanan Leo dengan pelan. “Lo jangan buat gue kelihatan kayak orang jahat deh. Yang salah tuh gue, harusnya gue yang minta maaf.”
“Maaf udah buat lo kecewa karena ga dengerin penjelasan lo dulu, maaf karena udah nuduh lo,” jelas Leo kembali.
Lyra menatap mata Leo dalam kemudian menghela nafasnya. “Gue juga minta maaf buat lo ada di posisi ini. Harusnya gue yang—“
“Lo udah nelfon mama?” tanya Leo memutuskan kalimat Lyra.
“Udah kok tadi. Mereka udah dijalan deh kayaknya.”
Bunyi suara pintu yang terbuka mengambil alih perhatian mereka. Alhena dan Aster mendekati Leo memeriksa keadaan anaknya.
“Leo gak kenapa-napa kok, Ma,” ucap Leo menenangkan Alhena yang terus memegang kedua pipi Leo dan menelisik penampilan anaknya.
Alhena memukul pelan lengan Leo, “Kamu ini udah dipakein alat bantu rumah sakit masih aja bilang gak kenapa-napa,” gerutu Alhena yang hanya dibalas tawa oleh Leo.
“Papa sama Mama tadi udah dapat telfon dari kepolisian, mereka berhasil melacak plat nomor mobil yang menabrak kamu,” jelas Aster.
“Pelakunya udah di tangkap, Pa?” tanya Lyra penasaran.
“Pelakunya sudah polisi amankan. Dan ternyata pelaku tersebut seumuran sama kalian, bahkan pelaku juga bersekolah di tempat yang sama dengan kalian.”
Leo dan Lyra saling tatap dengan tanya masing-masing dipikiran mereka.
“Mama dan Papa nanti mau pergi untuk melihat pelaku penabrakan itu.”
💓💓
Aku udah memasukii fase ikut ikut interview kerja, talk to who?
Aku bingung nentuin pilihan, talk to who?
Kepalaku juga pusing mikir terus, talk to who?
Tadi aku habis nemu teman baru, talk to who? :)
Ralat deh. Mungkin bukan "talk to who" tapi lebih ke "i want to talk this to you" tapi udah gabisa :)
Jangan lupa vote deh:')
KAMU SEDANG MEMBACA
YUANFEN (END)
Teen FictionCerita ini mungkin terbilang "klasik" namun didalamnya penuh dengan banyak makna. Orang bilang, pertemanan antara laki-laki dan perempuan itu mustahil. Disinilah Lyra dan Leo yang terjebak dalam kisah umum persahabatan. Silahkan bergabung kedalam c...