Selamat membaca, jangan lupa meninggalkan jejak💓
“Helen nyuruh Lyra buat menjauh dari lo. Dia juga ngatain Lyra benalu yang cuma tau nempel-nempel sama lo.”
Leo terdiam mendengar penjelasan Aroon. Saat ini mereka berdua sudah duduk dilantai sambil memangku tangan di kedua lututnya.
“Pacar lo juga nuduh Lyra udah jual diri ke lo,” sambung Aroon yang kembali mendapatkan tatapan dari Aroon. Namun bukan tatapan sengit lagi, Leo memberikan ekspresi terkejut.
“Jadi itu alasan Lyra nampar Helen?” gumam Leo.
“Bukan cuma karena perkataan Helen. Helen juga sempat nampar Lyra, makanya Lyra ngebales. Dan saat itu gue udah liat lo datang sambil nuduh Lyra yang nampar pacar lo.” Aroon tertawa remeh. Kalau dia menjadi Leo, dia akan mencari tahu dulu sebelum membela.
Leo beranjak dan meninggalkan Aroon. Laki-laki itu berjalan cepat menuju kelas Lyra. Dia sudah merasa sangat bersalah akibat tindakan bodohnya itu yang langsung menyalahkan Lyra.
“Len, Lyra mana?” tanya Leo pada Lena yang hanya berbincang bersama Rhea. Dia tidak melihat keberadaan Lyra dikelasnya.
“Tadi kelapangan sih katanya.” Setelah mendengar jawaban Lena, Leo langsung berlari menuju lapangan mencari Lyra.
“Leo?”
Leo berbalik melihat sumber suara. Bukan Lyra. Disana hanya berdiri Helen yang tersenyum melihatnya. Helen berlari kecil mendekati Leo.
“Cariin aku ya? Aku tadi bosen dikelas, lagian kamunya tadi tidur. Aku ga berani ganggu, jadi kesini deh,” jelas Helen dengan senyuman yang masih menetap diwajahnya.
“Dari awal harusnya gue emang ga percaya sama lo,” ucap Leo yang membuat senyum diwajah Helen menghilang.
“Maksud kamu?”
“Gue harap lo bisa sadar sama sikap lo, dan jangan pernah nyuruh Lyra buat jauhin gue lagi. Dia bukan benalu buat gue, dia juga ga ngejual dirinya ke gue. Gue sayang sama Lyra, makanya gue ga mau dia jauh-jauh dari gue.”
“Ma-maksudnya?”
“Kita putus, Len. Maaf.”
Helen mematung ditempatnya saat mendengar ucapan Leo. Laki-laki itu sudah berlalu meninggalkannya. Helen menahan air mata yang sedikit lagi mau menetes, kedua telapak tangannya sudah mengepal.
“Lyra,” geram Helen.
Leo berdecak kesal tidak menemukan Lyra. Dia baru ingat mempunyai ponsel dan langsung menelfon gadis itu. Namun Lyra tidak juga menjawab panggilannya. Leo juga sudah mencoba mengirimkan Lyra pesan dan Lyra juga tidak membalas bahkan tidak membaca pesannya. Leo sudah memutari setiap sudut sekolah namun dia tetap juga tidak melihat keberadaan Lyra.
“Apa Lyra bolos?” batin Leo.
Leo kembali berjalan menuju kelas Lyra dan masih tidak mendapatkan gadis itu.Lena yang melihat Leo terengah-engah menyuruh Leo untuk duduk didepannya.
“Lo habis ngejar maling? Atau abis ngejar orang yang punya hutang ngakunya bayar setelah gajian tapi pas gajian dia gak bayar-bayar juga?” tanya Lena.
“Lo liat Lyra gak sih?” tanya Leo balik tanpa mengubris pertanyaan melantur Lena.
“Lah lo belum ketemu? Tadi sih dia ngomongnya mau kekantin.”
“Ck, kenapa lo ga temenin sih?” kesal Leo.
“Kok lo jadi marah ke gue? Tadi gue tuh udah nawarin diri nemenin Lyra, tapi dianya nolak. Mau nenangin pikiran katanya, ga tau lagi mikirin apa. Tapi dia emang keliatan lagi banyak pikiran sih, matanya juga sembab. Habis nangis pasti,” jelas Lena.
Leo bersandar ke sandaran kursi dan mendongakkan kepalanya dengan mata yang terpejam. Ini salahnya.
***
Bel pulang-pun berbunyi. Lena membereskan tasnya dan tas Lyra. Gadis itu belum juga datang daritadi. Leo sampai tertidur dikelasnya menunggu Lyra. Dia tadi memberitahu Lena untuk langsung membanggunkannya saat Lyra datang, namun Lyra belum juga masuk dikelas sampai saat ini.
“Leo.” Lena mengguncang bahu Leo yang sedang tertidur.
“Woi Leo!” teriak Lena tepat ditelinga Leo hingga membuat laki-laki itu tersentak.
Leo langsung berdiri dan menatap kanan kiri, dia melihat kelas sudah kosong dan hanya menyisakan dia dan Lena.
“Lyra mana? Lo ga bangunin gue?”
Lena meringis ditempatnya. Dia bisa mengerti perasaan Leo. “Lyra belum masuk-masuk juga. Tadi juga gue udah bantu telfonin tapi ga diangkat sama dia.”
“Ck, ga terjadi apa-apa kan sama tu anak? Gue cari dia dulu,” ujar Leo namun langkahnya ditahan oleh Lena.
“Kasih Lyra waktu dulu buat nenangin perasaan dia. Dia ga bakal ngelakuin hal aneh-aneh kok. Lyra udah dewasa, dia pasti udah bisa jaga diri.”
“Lo tau Lyra dimana?” tanya Leo lagi, dengan Lena memberitahunya seperti itu, seakan dia mengetahui keberadaan Lyra.
“Eng-enggak.”
Leo memicingkan matanya melihat Lena lama.
“Ck, serius gak liat. Lagian ngapain juga gue bohong.”
“Siniin tas Lyra.”
Lena memberikan ransel Lyra pada Leo, kemudian laki-laki itu berlalu meninggalkan Lena yang menahan napas di tempatnya. Setelah melihat Leo sudah menghilang sepenuhnya dari balik pintu, Lena dengan cepat menghela nafas.
“Huftt, hampir dead gue.”
Lena kemudian mengeluarkan ponselnya dan menelpon Lyra.
“Dia baru aja pergi.”
“...”
“Iya, lo hati-hati. Tas lo juga udah sama Leo kok.”
Setelah memutuskan panggilan, Lena bernapas lega. Lyra berkata dia sudah ada didalam angkot menuju rumahnya. Saat Leo tertidur tadi, Lena memang menelfon Lyra bermaksud membantu laki-laki yang tidur dihadapannya itu. Namun setelah Lyra mengangkat telfonnya dan menceritakan semuanya ke Lena, Lyra jadi paham. Lyra juga menyuruh Lena untuk tidak memberitahu bahwa Lyra mengangkat panggilannya.
Didalam angkot, Lyra melihat ke pinggir jalan dengan headset yang terpasang di kedua telingganya. Mulut Lyra bersenandung kecil mengikuti irama musik.
Sebenarnya Lyra juga tidak mau main kucing-kucingan sama Leo seperti ini, namun dia masih sedikit marah karena Leo dengan mudahnya membela orang yang baru dia kenal dibandingkan dirinya, bahkan malam setelah kejadian itu, Leo juga tidak menelfonnya atau datang dirumahnya sekedar meminta penjelasan. Dan perkataan Helen yang menyebut dirinya benalu terus saja terputar diingatannya.
“Udah sampai neng,” suara dari supir angkot menghentikan lamunan Lyra, gadis itu segera membayar dan turun dari angkot.
Saat sedang menyebrang jalan, musik di ponsel Lyra terganti dan membunyikan suara keras hingga mengganggu telinganya. Lyra melihat ponselnya berniat mengganti musiknya hingga tidak melihat mobil yang melaju kencang menujunya. Sebelum mobil itu menabrak Lyra, seseorang dengan sigap mendorong Lyra menjauh.
Bruk!
💓💓
See u next chapter! <3
KAMU SEDANG MEMBACA
YUANFEN (END)
Teen FictionCerita ini mungkin terbilang "klasik" namun didalamnya penuh dengan banyak makna. Orang bilang, pertemanan antara laki-laki dan perempuan itu mustahil. Disinilah Lyra dan Leo yang terjebak dalam kisah umum persahabatan. Silahkan bergabung kedalam c...