"Leo! Cepetan nanti kita telat!!!" teriak seorang gadis di depan pintu kamar berwarna coklat.
Hari ini merupakan hari senin, yang berarti seluruh sekolah akan melaksanakan upacara pagi. Gadis dengan tas ransel pink dipunggungnya mulai gelisah, pasalnya sudah hampir sejam orang yang ditunggunya belum juga keluar dari kamarnya.
"Udah nih udah," ucap Leo yang sudah keluar dari kamarnya.
"Lo tu ngapain sih? Dandan? Lama banget, dah kayak cewek lo."
"Enak aja, yakali gue dandan. Lagi nyetor dulu tadi di toilet," jawabnya dengan santai. Gadis dihadapannya melihatnya dengan tatapan jijik lalu turun dari lantai atas kamar Leo.
"Eh, udah mau berangkat ya? Gak sarapan dulu?" tanya seorang wanita paruhbaya menghentikan langkah kedua remaja itu.
"Enggak usah, Ma, entar dia ngomel lagi gara-gara telat," jawab Leo menyindir gadis di sampingnya. Sedangkan yang disindir sudah mendelik kesal pada Leo.
"Yasudah, hati-hati ya dijalan. Semangat belajarnya," ucap Alhena__mama Leo. Dia tersenyum melihat kedua remaja itu. Mereka sudah sering bersama. Dia masih ingat saat Leo masih berumur 11 tahun, Leo pernah menangis didalam kamarnya karena mendapat kabar bahwa gadis yang merupakan sahabatnya itu sedang sakit. Pernah juga suatu waktu Leo terlibat perkelahian dengan anak-anak sekompleksnya karena mendapati gadis itu yang sedang diganggu.
Rumah kedua remaja itu berdekatan, hanya terhalang oleh taman bermain dan satu rumah tetangganya yang lain. Mereka sering bertemu sehingga membuat mereka semakin akrab.
Kini kedua remaja itu telah sampai di SMA Andromeda, sekolah dimana mereka akan menghabiskan masa remajanya dengan belajar, bermain, bahkan membuat kenangan yang akan diceritakan oleh anak dan cucu kelak.
Duk!
"Aduh! Siapa sih yang naruh batu di sini? Ngehalangin jalan banget," gerutu gadis yang baru saja ingin melangkahkan kakinya memasuki koridor sekolah, namun kakinya 'tak sengaja tersandung batu yang lumayan besar.
"Makanya kalau jalan tuh gunain mata juga. Jangan asal jalan aja."
Gadis itu mendelik pada Leo lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas."Eh, buset gue ditinggal," gumam Leo lalu berlari menyusul gadis itu.
"Eh, mak lampir! Tungguin gue!" teriak Leo saat sudah memasuki koridor. Membuat murid yang berada dikoridor melihatnya.
Gadis yang dipanggil lantas menghentikan langkahnya lalu berbalik melihat Leo dengan wajah kesal. "Udah berapa kali gue bilangin! Gue punya nama! Jangan panggil gue mak lampir!" tegur gadis itu saat Leo sudah berada di hadapannya.
"Ya, lagian lo marah-marah mulu. Lagi dapet?" tanya Leo.
"Aduh, buset. Woi!!" Leo meringgis saat mendapatkan injakan pada kakinya, siapa lagi pelakunya selain gadis yang sedaritadi menekuk wajahnya. Setelah menginjak kaki Leo, gadis itu langsung berlari menghindar.
"Woy, bro!"
Langkah Leo yang ingin mengejar Lyra terhenti oleh panggilan di sampingnya.
"Ck, ngagetin aja lo. Apa-apa tu salam dulu."
"Wih, otak lo mulai aman lagi kayaknya," terang Luan__sahabat Leo, sekaligus teman kelas cowok itu.
"Otak gue mah emang selalu aman. Otak lo tuh yang gak pernah aman," kelakar Leo sambil mendorong jidat Luan lalu meninggalkannya.
"Sekate-kate banget tuh orang. Tapi emang iya, sih," gumam Luan.
****
"Lyra Asteria!!! Ini udah jam berapa? Lo hampir telat, mana chat gue semalam gak dibaca lagi. Percuma lo online kalau di chat tapi gak dibales," gerutu Lena__sahabat Lyra yang paling bawel setelah Leo.
"Bawel lo. Masih pagi juga," cetus Lyra kemudian menaruh tasnya lalu memakai topi upcaranya. Lyra berbalik melihat Lena. Ada yang kurang dari penampilan gadis itu.
"Topi lo mana?" tanya Lyra setelah menyadari Lena tidak memakai topi.
"Gue lupa bawa, ketinggalan dirumah," jawab Lena menyenggir memperlihatkan deretan giginya.
Lyra memutar bola matanya malas lalu menarik lengang Lena menyusuri koridor. Matanya bergerak mecari seseorang.Mencari Leo lebih tepatnya.
Langkahnya berjalan mendekat saat melihat Leo yang baru saja keluar dari kantin dengan topi yang berada digenggamnya.
"Leo!" sapa Lyra dengan senyum diwajahnya.
Leo mengerutkan dahinya. Dia sudah hafal dengan tingkah Lyra. Jika gadis dihadapannya ini memanggil namanya sambil tersenyum, pasti gadis itu ada maunya.
"Gue pinjem topi lo ya," ucap Lyra yang masih bertahan dengan senyumannya.
"Lah, itu topi lo ada."
Leo menunjuk topi yang sudah dipakai oleh Lyra. Memangnya kepala gadis itu ada dua?"Bukan gue. Tapi Lena," terang Lyra sambil merangkul Lena.
Lena yang terkejut langsung menampilkan senyumnya juga pada Leo. Seperti yang diharapkan, sahabatnya ini pasti membantunya.
"Enak aja. Nanti gue lagi yang dihukum."
"Tapi kan lo emang sering dihukum. Itu baju lo juga udah keluar, biar makin gak lengkap ... topi juga gak usah dipake. Boleh ya?" bujuk Lyra menampilkan puppy eyesnya.
Leo menghela nafas malas kemudian menyerahkan topinya pada Lena.
Laki-laki itu juga kembali melepas dasi yang tadi terikat rapi dilehernya.
"Wah. Makasih loh, entar gue balikin kok," ucap Lena yang hanya dibalas anggukan oleh Leo.Lyra tertawa kecil kemudian mengajak Lena untuk segera kelapangan.
"Udah, yuk," ajak Lyra sambil masih merangkul Lyra seperti menyeretnya.
Upacara sudah mulai berlangsung. Seperti biasa, disaat upacara dimulai, akan ada murid yang membuat kelompok tersendiri untuk berbicara, ada yang seperti cacing kepanasan karena sudah tidak tahan berdiri ditempatnya, ada yang berpura-pura mengikat tali sepatunya, bahkan sampai ada yang berpura-pura pingsan.
Padahal disinilah seharusnya terbentuk penanaman sikap disiplin, tertib, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab.
Bukan seperti Lena yang meninggalkan topi upacara dirumahnya. Tapi untungnya Leo bersedia meminjamkannya, dan kini ... Leo sudah berada dibarisan murid yang melanggar. Tapi itu sudah biasa bagi Leo. Bahkan cowok itu juga sering melakukan perkelahian disekolah. Dia tidak akan segan-segan memukul orang yang mengganggunya. Beruntunglah kabar itu tidak pernah sampai ke orang tuanya, karena dia bersedia menjalani hukuman yang diberikan oleh guru.
"Huft! Capek banget," keluh Lyra yang sedang bersandar pada sandaran kursinya sambil mengipas wajahnya menggunakan topi.
Beberapa detik yang lalu upacara sudah sudah selesai. Kini mereka sedang bersiap untuk mendapatkan materi pelajaran dijam pertama."Gak ada tugas kan?" tanya Lena yang baru saja dari kantin. Cewek itu menyodorkan minuman botol teh yang dingin pada Lyra yang langsung saja dihabiskan sekali teguk oleh gadis itu.
Lena melototkan matanya melihat Lyra yang sudah menghabiskan minumannya. "Kayak gak pernah minum seminggu aja lo."
"Bodoamat, gue haus."
"Gak ada tugas, kan?" tanya Lena mengulang pertanyaannya.
"Gak ada. Orang bu Kiki belum masuk," jawab Lyra
"Maksud gue tugas rumah, pinter."
"Iya gak ada, bego," tukas Lyra. Sedangkan Lena hanya mendelik kesal pada Lyra.
KAMU SEDANG MEMBACA
YUANFEN (END)
Novela JuvenilCerita ini mungkin terbilang "klasik" namun didalamnya penuh dengan banyak makna. Orang bilang, pertemanan antara laki-laki dan perempuan itu mustahil. Disinilah Lyra dan Leo yang terjebak dalam kisah umum persahabatan. Silahkan bergabung kedalam c...