Selamat membaca, jangan lupa meninggalkan jejak💓
“LYRA!” Leo bangkit dari tidurnya dengan nafas memburu. Disampinya sudah ada Alhena yang menenangkan Leo dengan segelas air putih ditangannya.
“Minum dulu, sayang,” ujar Alhena kemudian memberikan segelas air pada putranya.
Leo meminum air itu sekali teguk lalu kembali termenung. Ternyata dia sedang mimpi. Tapi kenapa mimpinya seperti itu.
“Tenang, sayang. Kamu cuma mimpi,” ujar Alhena mengusap punggung Leo untuk menenangkannya. Saat Alhena ingin membangunkan putranya agar bersiap mandi untuk kesekolah, dia malah melihat Leo yang sedang gelisah dalam tidurnya. Kepala Leo tak henti-hentinya berbalik kanan dan kiri, kemudian dahinya dipenuhi dengan keringat dan bibir yang selalu menggumamkan nama Lyra.
“Siap-siap sana. Udah mau jam tujuh,” ucap Alhena lagi yang diangguki oleh Leo. Alhena menghela nafasnya saat Leo sudah memasuki kamar mandi. Wanita paruhbaya itu kemudian beralih membereskan kamar putranya.
Disisi lain, Lyra sudah siap dengan seragam putih abu-abunya dengan tas ransel mini yang bergambar kucing pemilik kantong ajaib. Dia sudah sering mendapat ejekan dari Leo saat gadis itu memakai ransel mininya. Kata Leo, Lyra sudah seperti ingin pergi ke taman kanak-kanak, bukan ke SMA.
“Kak! Minta uang jajan,” ungkap Cyra berdiri disamping Lyra dengan telapak tangan yang sudah ditunjukkan pada Lyra.
“Tangan diatas lebih baik dari tangan yang dibawah. Tangan diatas itu pemberi sedekah sedangkan tangan dibawah yaitu yang mengemis,” sindir Lyra sambil menyerahkan uang sepuluh ribu pada Cyra.
“Jadi maksud kakak, adek kakak yang comel ini pengemis gitu?”
“Ya enggak juga. Cuma ngasih tau ... tangan yang diatas lebih baik dari tangan yang dibawah,” ulangnya lagi pada Cyra.
“Iya, iya. Makasih duitnya. Cyra mau berangkat dulu, babai!” pamit Cyra sambil melambaikan tangannya pada Lyra.
Cyra selalu berangkat diantarkan oleh Izar–papanya menggunakan mobil. Dia tidak perlu ikut, kan ada Leo.
Lyra terkejut saat seseorang langsung mendekapnya erat. Gadis itu tak memberontak, karena dia kenal aroma parfum ini.“Apanih? Dateng-dateng langsung meluk?”
“Gue kangen,” ujar Leo kemudian melepaskan pelukannya.
“Hilih. Mau minta duit juga, hah?!”
Leo menghela nafas. Dirinya masih khawatir dengan gadis itu namun gadis itu malah bersikap menyebalkan. Merusak momen saja.
“Kalau diingat-ingat lagi. Kayaknya yang sering pakai duit gue lo kan, Ra? Udah berapa banyak ya yang lu pake? Wah hutang lo banyak ter—“
“E-eh iya-iya! Gak usah bahas-bahas hutang kenapa?! Jadi selama ini lo gak ikhlas? Katanya sahabat, kok itung-itungan?!”
KAMU SEDANG MEMBACA
YUANFEN (END)
Ficção AdolescenteCerita ini mungkin terbilang "klasik" namun didalamnya penuh dengan banyak makna. Orang bilang, pertemanan antara laki-laki dan perempuan itu mustahil. Disinilah Lyra dan Leo yang terjebak dalam kisah umum persahabatan. Silahkan bergabung kedalam c...