Malam-malam begini, Leo sedang memasuki toko buku. Saran Lena saat disekolah tadi ia dengarkan agar Lyra berhenti mendiamkannya.
Ia mengedarkan matanya melihat-lihat novel yang ingin dia berikan pada Lyra. Dia tidak tahu harus membelikan yang mana. Akhirnya Leo hanya memilih saja tanpa melihat judul novel tersebut.“Yang penting sampulnya bagus,” pikirnya.
Leo menyerahkan lima novel yang sudah dia ambil pada mbak-mbak kasir kemudian membayarnya.
Untuk albumnya, Leo sudah memesannya. Dan albumnya sudah berada dirumah laki-laki itu. Kini dia berhenti pada toko swalayan yang menjual berbagai makanan, minuman dan barang kebutuhan hidup lainnya untuk membelikan beberapa cemilan kesukaan Lyra yang bisa dimakan oleh gadis itu.
Sesampainya dirumah Lyra, Leo melihat Lyra yang sedang duduk disofa sambil menonton kartun bergendre komedi-horor. Leo berjalan mendekati gadis itu kemudian duduk didekat Lyra sambil memangku kresek besar yang dibawanya.
Lyra yang sedang fokus menonton sontak terkejut saat mendapati gerakan disebelahnya. Dia memutar bola matas malas setelah melihat Leo kemudian kembali fokus pada siaran televisi.
“Udahan dong diem-diemnya. Gue lebih milih lo neriakin gue dengan sebutan monyet deh daripada lo diemin kayak gini,” gerutu Leo.
“Lo mau narik rambut gue? Nih, tarik nih,” ucap Leo sambil mendekatkan kepalanya pada Lyra.
“Aduh! Aduh!” Leo merintih kesakitan saat Lyra benar-benar menjambak rambutnya keras.
Setelah puas menjambak rambut Leo, Lyra memandang sengit laki-laki dihadapannya yang kini sedang mengusap kepalanya yang kesakitan.
“Udah keselnya?” tanya Leo lagi.
“Gue masih kesel sama lo!”
“Udahan keselnya. Nih gue bawaiin album, novel, sama cemilan buat lo,” ujar Leo kemudian menyerahkan kresek besar itu pada pangkuan Lyra.
Lyra menatap Leo dan kresek itu bergantian dengan mata memicing. Keningnya berkerut tanda bingung.
Saat Lyra membuka kantong kresek tersebut, dia dibuat terkejut oleh isinya.“Demi?!” jeritnya sambil melihat Leo dengan mata berbinar.
Didalam kantong kresek itu benar-benar terdapat album kpop yang berjudul "NCT Resonance", lima novel fiksi, cemilan, yoghurt, dan ... tisu. Leo tadi sengaja membeli tisu agar jika Lyra menangis lagi, gadis itu bisa mengusap air mata dan ingusnya dengan tisu.
“Maafin gue,” ucap Leo menatap Lyra yang kini sedang tersenyum kepadanya. Gadis itu kemudian mendekat dan memeluk Leo.
Leo membalas pelukan Lyra. “Kalau diginiin baru baik,” sindir Leo.
“Sering-sering buat gue marah sama nangis ya,” seru Lyra yang masih didalam dekapan Leo.
Leo mengusap kepala Lyra dan menaruh dagunya diatas kepala gadis itu.
“Lo yang bahagia ... duit gue yang habis, Ra.”
****
Lyra berjalan dikoridor sambil memakan cemilan yang ada ditangannya. Dia tidak lagi membeli cemilan dikantin, dia hanya membawa cemilan dari rumahnya kesekolah. Stok cemilan yang Leo bawakan kemarin sangat banyak.
“Lyra!” panggil seseorang dari belakang yang membuat Lyra berbalik melihat sumber suara.
“Eh, Helen. Kenapa? Mau?” tanya Lyra menawarkan snack ringan pada Helen.
“Ngak. Gue lagi mau cerita sama lo,” ujar Helen.
“Cerita apa? Sok atuh.”
“Tapi ... gak disini. Di perpustakaan aja,” ujar Helen yang kemudian diangguki oleh Lyra. Mereka berdua kini berjalan menuju perpustakaan.
Perpustakaan ini tidak terlalu ramai. Hanya ada tiga atau empat orang yang berada di dalam, dan juga guru penjaga perpustakaan.
“Jadi mau cerita apa?” tanya Lyra pada Helen yang berada dihadapannya.
“Gue—“
“Gue apa?” tanya Lyra penasaran.
“Gue minta tolong sama lo. Bantuin gue deket sama Leo, ya,” ujar Helen pada Lyra yang kini mematung ditempatnya.
“Gue sebenarnya suka sama Leo. Sejak pas masuk dikelas dua belas, tapi gue cuma bisa diem, dan akhirnya beberapa minggu yang lalu gue udah bisa dekat sama dia. Tapi gue mau lo bantuin gue buat lebih dekat sama Leo,” lanjut Helen menjelaskan.
“O-oh. Siap, pasti!” seru Lyra.
Helen tersenyum. “Menurut lo, gue masuk dalam kriteria cewek ideal Leo gak?” tanyanya lagi.
“Hem gimana ya ... Leo cewek-ceweknya random banget. Mantan-mantannya beda semua. Ada yang pendiem, periang, bahkan ada yang kayak tante-tante, jadi gue agak susah buat tau tipenya dia kayak gimana. Mungkin menurut Leo, yang penting cewek. Iya itu,” jelas Lyra pada Helen.
“Pokoknya jadi diri lo sendiri aja. Lo gak bisa menjadi orang lain buat disukai. Tetap percaya diri,” lanjutnya menyemangati Helen dengan kepalan tangan kanan yang terangkat
****
Saat ini Leo dan Lyra singgah di supermarket, gadis itu sedaritadi merengek ingin memakan ice cream lagi. Jadilah Leo menuruti permintaan gadis itu daripada mendapati cubitan-cubitan kecil Lyra di punggungnya.
“Cepetan ambil ice creamnya. Motor gue kepanasan,” ujar Leo pada Lyra yang masih menimang-menimang ice cream mana yang di mau. Pasalnya Leo hanya mengizinkan Lyra membeli satu ice cream.
“Kalau gitu beli dua ya,” bujuk Lyra.
“Gak. Satu aja.”
“Dua aja. Yang satu buat lo. Kalau lo gak mau kasih ke gue aja.”
Leo memutar bola matanya malas. Kalau begitu sama saja dia membelikan dua ice cream untuk gadis itu. Lagipula Leo juga tidak terlalu suka memakan ice cream.
“Gimana? Ambil dua, ya?”
“Satu, Lyra,” ucap Leo tak terbantahkan.
Lyra melorotkan bahunya kemudian mengambil salah satu ice dari lemari pendingin itu. Setelah membayar, Lyra langsung saja membuka bungkusan ice creamnya lalu memakannya. Matahari sangat terik siang ini. Dia kepanasan dan akhirnya ingin memakan ice.
“Kok duduk disitu?” tanya Lyra pada Leo yang duduk dijok belakang motornya.
“Bentar dulu, joknya panas. Entar pantat lo kebakaran,” ucap Leo.
“Uluh, uluh ... lo ini kalau mau sweet, sweet aja. Gak usah pake ngatain.”
💓💓
Ada kritik atau saran tidak? Kalau ada boleh diketik di kolom komentar yaa. Terimakasih sudah membacaa:* see u tomorrow!!
KAMU SEDANG MEMBACA
YUANFEN (END)
Ficção AdolescenteCerita ini mungkin terbilang "klasik" namun didalamnya penuh dengan banyak makna. Orang bilang, pertemanan antara laki-laki dan perempuan itu mustahil. Disinilah Lyra dan Leo yang terjebak dalam kisah umum persahabatan. Silahkan bergabung kedalam c...