YUANFEN || Part 08

211 82 14
                                    

Kabar Leo yang memukuli Arioon, siswa kelas 3 IPS 1 sudah tersebar seantero sekolah. Pandangan mata tertuju pada gadis dengan rambut digerai yang berjalan sambil memegang tali tasnya. Gadis itu sedaritadi merasa tidak enak menjadi bahan perhatian.

Lyra, berjalan memasuki koridor sekolah dengan kepala yang sedikit menunduk. Dia merasa sedang menjadi bahan pembicaraan. Buktinya kini siswa-siswa yang berada dikoridor tengah berbisik sambil menatap kearahnya.

Dia berbelok masuk menuju kelasnya dan langsung ditarik duduk oleh Lena yang sedang memegang pulpen ditangannya.

“Sekarang jelasin, ada hubungan apa antara lo dan kak Aroon?” tanya Lena lalu menghadapkan pulpennya kedepan wajah Lyra, seakan-akan menjadikan pulpen itu sebuah mic.

“Apasih?” Lyra memandang Lena dengan tanya. Aneh-aneh saja sahabatnya ini. Dia baru datang langsung ditanya yang tidak-tidak.

“Ra. Lo tau gak sih—“

“Gak.”

“Ih dengerin dulu, Maimunah!”
Lyra melepaskan ranselnya lalu menatap Lena dengan malas. “Kenapa. Juminem?”

“Lo itu jadi bahan pembicaraan anak-anak sekolah. Kata mereka kemarin pas pulang sekolah Leo mukul kak Aroon. Dan mereka menyimpulkan kalau kak Aroon mungkin lagi ngedeketin lo, dan Leo gak suka,” jelas Lena.

“Terus?”

“Terus pertanyaan gue, apa itu benar? Dan kenapa? Kenapa kak Aroon bisa dipukul sama Leo,” tanya Lena. Siswa-siswi yang berada dikelas mereka memasang telingganya tajam agar dapat mendengar jawaban dari Lyra. Bahkan kini ada yang sengaja berdiri didekat mereka agar dapat mendengar dengan jelas.

“Gak tau,” jawab Lyra. Lena segera memasang muka datar lalu kembali menghadap kedepan menghiraukan Lyra. Para siswa yang tadi ikut mendengar lantas melorotkan bahunya. Itu bukan jawaban yang ingin mereka dengarkan.

“Gak memuaskan banget.”

****

Leo menaruh tasnya kemudian duduk dibangkunya dengan melipat kakinya satu keatas pahanya.

“Gak seru lo. Adu jotos gak bilang-bilang,” sindir Luan yang duduk disamping Leo.

“Apa?”

“Kemarin pulang sekolah lo mukulin si barong, kan? Bilang kek! Biar gue bisa nonton.” Cetusnya pada Leo.

“Kenapa kemarin lo mukulin dia?” tanya Luan lagi.

“Ck, kepo lo kayak dora.”

“Yee lo kayak gak tau aja. Gue kan monyetnya dora,” balas Luan yang hanya dibalas tawa kecil dari Leo.

“Kemarin dia narik Lyra, mau ngajak pulang,” ucap Leo.

“Terus-terus?”

“Ya gue hajar lah. Gue gak mau orang kayak dia deketin Lyra,” jelas Leo. Luan kini mengangguk-angguk mengerti.

Leo memang tidak pernah membiarkan Lyra bergaul dengan sembarangan orang. Pacar-pacar Lyra yang sebelumnya saja harus diseleksi dulu oleh Leo. Kalau Leo sudah bilang oke, maka Lyra bisa menerimanya. Tapi kalau tidak, maka Lyra harus menyiapkan kata-kata untuk menolak.

Terlebih Aroon adalah anak geng motor, troublemarker, dan pergaulannya juga tidak jelas. Leo hanya takut Aroon membawa pengaruh buruk bagi Lyra.

“Jangan main hajar-hajar orang kayak kemarin. Lo bisa ngasih tau dia baik-baik,” sahut Helen yang baru saja memasuki kelas. Kemarin dia juga sempat melihat Leo yang langsung memukuli Aroon, namun dia tak ambil pusing dan memilih pulang kerumahnya.

YUANFEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang