Selamat membaca, jangan lupa meninggalkan jejak💓
“Woy cuy, lo yang namanya Alif?” tanya Luan menghampiri siswa berkacamata bulat dikelasnya. Luan merangkul Alif yang duduk sambil membaca buku.
Alif merupakan siswa pendiam dikelasnya, saking pendiamnya jatuh pun dia tidak bersuara. Pernah sekali waktu diparkiran motor ingin memarkirkan motornya, Alif tiba-tiba terjatuh kehilangan keseimbangan. Orang-orang normal akan refleks mengaduh atau berdecak, paling tidak meminta bantuan. Alif malah terdiam dan memperbaiki posisinya sendiri sampai orang-orang datang sendiri membantunya.
“Lo pasti anak pertamakan?” lanjut Luan bertanya. Alif mendongak menatap Luan karena pertanyaan Luan itu benar namun dia tetap tidak meresponnya, hanya memandang Luan saja.
“Adik lo pasti Ba.” Setelah mengucapkan itu Luan tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya. Berbeda dengan Alif yang hanya menatap Luan tanpa ekspresi.
“Alif, Ba,” ulang Luan dan kembali tertawa namun tawanya terhenti saat Bianca teman sekelasnya menyenggolnya.
“Lo asik, asik sendiri,” sindir Bianca dan berlalu meninggalkan Luan. Luan kembali melihat kearah Alif yang kembali fokus membaca bukunya sehingga Luan hanya bisa menggaruk belakang kepalanya yang bahkan tidak gatal.
Luan menghela nafas dan kembali mencari target dikelasnya. Laki-laki itu sedang bosan. Para gurunya sedang mengadakan rapat sehingga tidak ada pembelajaran, namun mereka tidak diizinkan juga untuk pulang.
Luan melangkah menatap temannya satu persatu, dia sedang mencari target siapa yang bisa meladeni kebosanannya.
“Woi!” Luan menegur Canva yang lewat disampingnya. Canva berbalik dan menatap Luan bertanya.
“Parfum lu baunya kayak minyak urut nenek-nenek yang abis dibuat pijat anjir,” ucap Luan sambil mengibas-ngibaskan tangan kedepan hidungnya.
“Bangke lu!” umpat Canva yang kembali berjalan sambil menghirup lengannya kanan kiri.
Luan kembali terkekeh ditempatnya dan matanya menangkap seseorang yang sedang menelusupkan wajahnya dimeja dengan kedua tangannya. Luan menyengir dan berjalan mendekat kemudian duduk di samping orang itu.
Luan mengguncang bahu orang disampingnya hingga orang tersebut bangun menatapnya sengit. Luan yang ditatap hanya mengeluarkan kekehannya.
“Tidur ya bro?” tanya Luan.
“Udah bangun. Ganggu lo, cari pacar sana,” jengkel Leo. Luan ini tidak bisa melihatnya istirahat saja.
“Kalau gue udah dapat cewe, gue ga bisa lagi jadi konsultasi cinta lo. Karena kita bakal sama-sama setress bro,” ujar Luan.
“Itu alesan lo?” tanya Leo yang mendapatkan anggukan oleh Luan.
“Gue kira karena ga ada cewe yang mau sama lo."
“Tau ga? Pacaran itu dosa, menghina juga dosa. Maneh pacaran terus ngehina yang jomblo, wah anying auto neraka siah.”
***
Lyra berjalan memegang roti ditangannya. Lyra ingin duduk di pinggir lapangan sambil menikmati rotinya namun dia melihat Helen yang berada disana, duduk menyendiri sambil menonton siswa laki-laki yang bermain bola.
Lyra berbalik meninggalkan tempat namun cekalan tangan menahannya.Aroon terengah-engah berada didepan Lyra. “Kenapa kak?”
“Gue tadi manggil lo, tapi lo malah mau balik,” jelas Aroon setelah menormalkan kembali napasnya.
Lyra melihat Aroon memang memakai baju olahraga dan dengan keringat di tubuhnya. Sepertinya tadi laki-laki itu sedang ikut bermain bola.
“Ada keperluan kak?”
“Kantin yuk, gue mau minum. Haus,” ajak Aroon yang diangguki oleh Lyra. Kedua orang itu berjalan menuju kantin. Kantin tidak terlalu ramai, kebanyakan murid sedang nongkrong dilapangan tadi.
Dan disinilah mereka berdua. Duduk dikantin dengan Lyra yang memakan rotinya dan Aroon yang hanya meminum sebotol air.
“Lo habis nangis?” tanya Aroon saat melihat mata Lyra yang sembab.
“Ha? Oh iya. Semalem habis nonton drakor. Sad ending ternyata, jadi aku nangis,” jelas Lyra sambil tersenyum dan kembali menunduk. Jelas saja gadis itu berbohong. Aroon dapat melihat ekspresi wajah Lyra yang tidak menetap menatapnya saat berucap.
“Gue suka sama tindakan lo. Gue bisa ngerti lo cuma membela diri. Jadi jangan salahin diri lo. Jangan terpengaruh sama ucapan orang yang ga ngerti tentang lo. Jangan biarin orang lain ngambil kebahagian lo,” ucap Aroon menatap Lyra serius. Lyra yang mendengar itu hanya terdiam menatap Aroon dengan mata yang terus berkedip.
“Ck, sialan. Lo kalau ga bisa dimilikin ga usah gemesin napa?” gerutu Aroon.
Lyra tertawa menanggapi ucapan Aroon. Kakak kelasnya ini mungkin sedang berusaha menghiburnya. Tapi bagaimana Aroon tau? Atau Aroon hanya asal ngomong saja?
“Sebenarnya ini bisa jadi kesempatan gue buat deketin lo. Tapi gue lebih ga bisa ngeliat lo kayak ga punya tenaga gini. Emang di dunia ini cuma ada dia apa?” tanya Aroon lagi.
Baru saja Lyra ingin membuka mulut bertanya, namun pergerakan Aroon menghentikannya. Lyra mendongak melihat Aroon yang berdiri.
“Gue duluan.” Aroon meninggalkan Lyra yang masih menyimpan seribu pertanyaan dibenaknya.
Bugh!
Bugh!
“Anjing!”
Leo meringis memegang sudut bibirnya yang berdarah akibat tinjuan Aroon yang tiba-tiba. Tadi Leo sedang berjalan menuju rooftop namun kerah belakangnya tertarik hingga membawanya kedalam gudang.
Leo hendak membalas tinjuan Aroon namun Aroon dengan sigap mencekal tangan Leo dan mendorongnya. “Gue ga nyangka lo secemen ini,” sindir Aroon.
Bugh!
Aroon mundur selangkah akibat tinjuan Leo dipipinya, dia meringis mengusap sudut bibirnya yang juga mengeluarkan darah.
“Lo cari masalah sama gue?” tanya Leo dengan geram.
“Kalau lo ga udah gak bisa bikin Lyra senang, biar gue lanjutin,” ucap Aroon yang membuat Leo semakin emosi. Laki-laki itu sudah mengepalkan kedua tangannya dan bersiap menghajar Aroon kembali namun Aroon dengan cepat menghindar.
Aroon tertawa meremehkan. “Lyra gak salah,” ucap Aroon pelan namun masih dapat terdengar oleh Leo.
Leo mencoba menormalkan napasnya dan menatap Aroon penuh tanya.
“Gue ada ditempat kejadian. Gue sembunyi dibelakang dinding karena gue pikir mereka berdua lagi ngomongin hal serius. Dan ternyata benar. Helen nyuruh Lyra buat jauhin lo,” jelas Aroon pada Leo.“Maksud lo?”
💓💓
Main tim-tim an yukk. Kalian tim Aroon atau tim Leo?
Aku sih tim Luan wkwk
Jumpa lagi besokk gaess babaiii <3
KAMU SEDANG MEMBACA
YUANFEN (END)
Teen FictionCerita ini mungkin terbilang "klasik" namun didalamnya penuh dengan banyak makna. Orang bilang, pertemanan antara laki-laki dan perempuan itu mustahil. Disinilah Lyra dan Leo yang terjebak dalam kisah umum persahabatan. Silahkan bergabung kedalam c...