Saat tiga alpha berusaha menjinakkan satu omega ...
Suara didihan air dalam panci, masakan yang ditumis di wajan juga denting timer microwave mengiringi kesibukan Minjae pagi itu. Sejak pukul enam dia sudah berkutat di dapur. Dengan apron kelinci warna ungu kesukaannya, Minjae bergerak ke sana kemari. Mencuci beras sudah, sebentar lagi nasi akan matang. Memasak sayur bening juga sudah, tinggal menunggu tumis dagingnya. Minjae naik ke sebuah tangga kecil untuk membuka lemari kabinet dan mengeluarkan setoples kopi. Tubuh pemuda itu memang terlalu mungil hingga tempat-tempat tinggi tidak bisa dijangkaunya dengan mudah. Minjae mulai membuat kopi dalam teko beling. Dia juga siapkan cremaer cair dan brown sugar di wadah poci kecil.
Semua kegiatan itu merupakan hal baru yang dijalani Minjae beberapa bulan belakangan. Sebelumnya ia bebas bangun siang, hanya memikirkan keadaannya sendiri. Kadang sarapan, kadang tidak. Dia juga lebih sering membeli sarapan di luar ketimbang repot-repot memasak. Namun sekarang, Minjae punya kewajiban lain. Dia punya seorang Nicholas Wang untuk diurus segala keperluannya. Mulai dari baju yang harus sudah rapih disetrika, sepatu yang sudah dibersihkan dan diletakkan tepat di depan pintu, makanan yang sudah harus siap sebelum pukul tujuh, dan jaket yang sudah harus tersedia di bahu kursi sebelum pemuda itu duduk di sana.
Semua keadaan yang tiba-tiba berubah itu berawal dari kedatangan seorang wanita asing ke rumah Minjae beberapa waktu lalu. Wanita itu mengaku sebagai teman ibunya. Ada sedikit cerita tentang mereka yang membuat dia mendatangi Minjae setelah bertahun lamanya terlupakan. Tentang jasa sang ibu saat dulu menyelamatkannya dari musibah kebakaran. Lalu mereka berdua menjadi teman baik, sebelum ibunya merantau pergi ke London tapi sampai sekarang Minjae tidak pernah mendengar kabar apapun lagi.
"Makan dulu, Kak, " kata Minjae saat melihat Nicholas yang sudah bersiap pergi ke kampus. Pemuda itu tidak tersenyum seperti biasa. Tidak masalah. Lama-lama Minjae memaklumi sikap Nicholas yang selalu ketus dan tidak bersahabat karena tiba-tiba rumahnya harus ditumpangi oleh Minjae.
Nicholas duduk di kursi. Dia menyalakan iPad, mengeluarkan sebuah buku lalu mulai makan sambil belajar materi ujian. Minjae ikut duduk, dia baru saja hendak menyendokkan nasi ke mangkuk ketika Nicholas menatap pemuda itu dengan delikan tajam.
"Siapa yang suruh lo makan di sini?"
"Ya?" Minjae menatap kaget.
"Banyak cucian numpuk di kamar gue, kasurnya juga belum diberesin. Lo pikir lo masih pantes makan sebelum ngelakuin kerjaan lo?"
Minjae melipat bibir. Mangkuk nasipun dia letakkan kembali. Perlahan dia bangkit dari duduk, bermaksud pergi ke kamar Nicholas.
"Sepatu gue udah lo sikat?"
"Udah, Kak."
"Yang mana yang lo siapin?"
"Sneakers cokelat, udah disimpen di depan," jawab Minjae pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLEMNRAIN 🔞 || KIM MINJAE
FanfictionUniverse Kim Minjae dan tiga galaksi yang mengelilinginya. Terdiri dari berbagai jenis cerita, one shoot atau long book ❤❤ cover by : hobiholygraph