Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"You like it?"
Minjae tersenyum saat melihat Nicholas dan sepeda di hadapan mereka bergantian. Itu bukan sebuah hadiah, hanya sogokan kecil karena kesibukan Nicholas yang selalu membuat Minjae senewen dan membawa mereka pada pertengkaran tidak perlu. Sebagai pasangan yang baru lima tahun menikah, Minjae merasa kesibukan Nicholas sebagai tenaga pengajar di sebuah sekolah dasar, ternyata berada di luar jangkauannya untuk dimengerti. Hampir setiap hari ia pulang larut, bahkan di hari minggu pun Nicholas masih harus menerima telepon dan akhirnya pergi padahal mereka sedang asyik menghabiskan waktu bersama.
"Aku tidak akan menerima ini untuk memberimu maaf," kata Minjae sambil memegangi stang sepeda.
"You don't have to. Look, aku sudah berusaha semampuku agar kita bisa menghabiskan waktu selama mungkin. Aku tahu pengorbananmu untuk pernikahan kita sungguh besar. Kau rela keluar dari klinik besar itu dan membuka klinikmu sendiri dengan pendapatan yang lebih kecil_"
"Demi mendapatkan waktu bersamamu," tegas Minjae.
"Ya- ya itu tujuan utamanya," Nicholas menggaruk ujung hidung.
"Dan kau tidak melakukan usaha yang sama," tambah Minjae.
"Tidak, Jae. Aku belum bisa sepertimu," geleng Nicholas pelan. "Ini tahun pertamaku bekerja dan aku tidak ingin mereka meremehkanku karena mengabaikan beberapa pekerjaan yang dianggap penting."
