Lee Soo Hyuk menunggu dengan tidak sabar. Sejujurnya kesabaran itu memang sudah lama lenyap semenjak polisi mulai sering mendatangi kantor dan menanyakan setiap hal secara berulang padahal mereka tahu bahwa Soo Hyuk sama sekali tidak terlibat. Jadilah siang itu dia mendatangi hakim mahkamah agung untuk mendiskusikan permasalahan ini. Mereka teman semasa kuliah hukum dan pernah bersama menjabat sebagai anggota eksklusif persatuan jaksa regional United States. Paling tidak dua alasan itulah yang membuat Soo Hyuk yakin bahwa kedatangannya ke tempat sang teman dekat jelas tidak akan mendapat hardikan.
"Bukankah sudah kubilang, seharusnya sejak dulu kau mengganti namamu menjadi Richard, " kata Bently Keith. Seorang pria berumur empat puluh dua tahun yang lebih cocok menjadi model pakaian dalam pria ketimbang hakim agung.
"Mereka tidak bersikap rasis padaku, Ben, astaga, " elak Soo Hyuk.
"Tapi mereka membuat kasus ini seolah dilakukan oleh sekawanan orang asia yang tidak tahu diri dan kebetulan anakmu adalah salah satunya. Kau harus mengakui seberapa sentimental masalah rasisme di negara ini, memang tidak parah seperti di Korea tapi mereka sudah mengawasimu seperti anjing lapar sejak pertama kali kau memenangkan posisi gubernur. "
Soo Hyuk bergedik samar. "Apa aku terlihat seperti sedang melempar daging mentah pada anjing-anjing itu. "
Reaksi Soo Hyuk yang cukup dingin membuat sang sahabat berdesah keras.
"Come on, Dude. Kau tidak bisa menyumpal mulut semua orang dengan kekuasaanmu. "
"Lalu apa yang harus kulakukan? "
"Tetap tunjukkan sikap kooperatif, beri wewenang penuh pada pengacara anakmu dan bersikap seolah kau memang bijaksana dengan menyerahkan kasus ini sepenuhnya pada pihak kepolisian. Lagipula berdasarkan berita yang kuikuti anakmu kelihatannya masih jauh dari keterlibatan dengan insiden penembakan. Mereka tidak menemukan saksi atau barang bukti lain, bukan? "
"Belum."
"Tetaplah berharap mereka tidak akan menemukan apapun. Kecuali pengacaramu punya strategi lain. "
"Kasus ini akan dibawa ke persidangan lebih cepat tapi aku beruntung karena insiden penembakan itu mengalami kebuntuan dalam proses investigasi. "
Ben menghela nafas. "Situasi pasti sangat kacau di Princetone. Tidak akan ada yang bisa menyadari secara jelas apa yang sebenarnya terjadi. Terlalu buang-buang waktu kalau mereka menginterogasi setiap orang. "
Soo Hyuk mengepalkan tangan di depan mulut sambil berpikir. Sementara di hadapannya Ben sibuk menyalakan rokok.
"Kau ingin aku menunjuk seseorang sebagai jaksa untuk kasus ini? " tanya Ben.
"Entahlah, " Soo Hyuk menyugar rambutnya gelisah. "Bukankah kita harus terlihat senetral mungkin? Aku bahkan tidak berharap publik akan mengendus persahabatan kita. "
Ben terkekeh. "Rupanya ada juga yang membuatmu takut. "
"Karena ini menyangkut Jinsik. Aku tidak bisa sembarangan bertindak. Rasanya setiap hari aku disiksa rasa penyesalan pada mendiang ibu anak itu karena tidak bisa menjaga putra kami satu-satunya. "
Nada suara Soo Hyuk yang berubah muram, membuat Ben akhirnya memandangi pria itu dengan penuh simpati.
"Aku akan membantumu, sobat. Jangan khawatir. Untuk saat ini Jinsik hanya perlu bertahan dengan alibinya bahwa ia terpaksa memalsukan identitas agar bisa belajar tentang naskah kuno itu. "
Soo Hyuk mengangguk. Dia tidak yakin dengan semua ini tapi akhirnya dia tetap mengangguk.
***
Youngjo mulai bosan dengan suasana ruang besuk tahanan itu. Kali ini tidak ada kamar khusus seperti kemarin. Seorang petugas sipir mengawasi dekat pintu ketika mereka membiarkan Jinsik keluar dari dalam sel. He looks fine. Itu satu-satunya hal yang membuat Youngjo merasa sedikit lega karena Jinsik benar-benar bisa menjaga diri selama di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLEMNRAIN 🔞 || KIM MINJAE
FanfictionUniverse Kim Minjae dan tiga galaksi yang mengelilinginya. Terdiri dari berbagai jenis cerita, one shoot atau long book ❤❤ cover by : hobiholygraph