Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumah itu tetap saja terlalu besar. Luas dan asing. Meski Minjae sudah hampir satu tahun tinggal di sana semenjak menikah, dia masih belum terbiasa berkeliaran sendiri tanpa tahu harus melakukan apa kecuali menunggu dan melayani suaminya setelah bekerja.
Seperti pagi-pagi biasanya dia akan bangun lebih awal. Dulu saat masih tinggal sendiri tidak peduli seletih apapun Minjae karena seharian bekerja, alarm naluriahnya akan tetap membangunkan pemuda itu tepat pukul enam. Dia memerintahkan Alexa untuk membuka semua tirai. Setelah mencium kening sang suami, Minjae beringsut turun dari ranjang besar itu dan mencuci muka. Dia keluar dari kamar, bergerak menuju dapur lalu mulai menyiapkan semua bahan makanan untuk dibuat menu sarapan. Minjae menyalakan iPad, melihat resep-resep baru yang sederhana dan dia harap akan disukai oleh suaminya. Dia memilih beberapa menu dan mulai menyesuaikan setiap bahan. Untuk hampir selama setengah jam dia berkutat di sana. Tangan Minjae mulai sibuk mengaduk di wajan ini dan menuangkan bumbu di panci itu.
Sambil menunggu semua matang, dia menyiapkan kopi pada mesin khusus. Krimer dan gula diletakkannya terlebih dahulu di meja makan lalu dia mulai mengupas kiwi dan memotong strawberry. Jam menunjukkan pukul tujuh saat Minjae sudah menata semua menu. cahaya matahari sebagian mulai masuk dalam jendela-jendela besar juga tinggi hingga menyentuh ceiling. Dia perintahkan lagi Alexa untuk mematikan beberapa lampu di area ruang tengah juga balkon samping. Tirai bergeser sendiri secara otomatis, menampilkan suasana perbukitan dan area lapang golf milik perusahaan pengembang perumahan elit tempatnya tinggal.
