Sudah hampir setengah jam hujan tidak mau berhenti. Angka digital di smart watch milik Ravn menunjukkan pukul dua lebih sepuluh menit dini hari.
Menggunakan has hujan seadanya, dia berjalan ke bagian belakang bagasi mobil. Seorang pemuda mengikuti Ravn mengeluarkan koper-koper berwarna hitam yang sekarang ikut basah kuyup."Sebelah sini, " kata Ravn sambil menenteng masing-masing dua koper di tangan.
Mereka menjauh dari mobil yang terparkir dan memasuki jalan setapak. Satu-satunya cahaya berasal dari lampu senter yang dikalungkan ke leher. Jalan yang materialnya tanah dan batu itu hampir membuat pemuda di belakang Ravn tergelincir.
"Masih jauh, Hyung? "
"Sebentar lagi. "
Jalanan semakin menukik. Mereka menuruni bukit rendah yang dipenuhi dedaunan basah. Hujan mulai reda. Keduanya sampai di sebuah tanah lapang. Berdiri dua tenda darurat dengan beberapa pria menunggu kedatangan Ravn.
"Kalian terlambat, " kata salah seorang pria yang keluar dari dalam tenda.
"Ada razia polisi di rute yang kalian tentukan, kami harus mengambil jalan memutar, " sahut Ravn.
Pria itu enggan berdebat. Dia mengangguk samar lalu membiarkan Ravn masuk. Koper-koper diletakkan di atas meja. Dua orang lainnya membuka dan memeriksa isi koper satu persatu. Ravn ikut memerhatikan. Dia mempertahankan sikap tenangnya meski tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semua sudah sesuai prosedur.
"Lima ratus juta, " kata pria bertubuh tinggi besar tadi sambil meletakkan sebuah tas hitam.
Ravn harus memeriksa setiap gepokan uang itu dengan teliti tapi cepat. Dia mengangguk ketika semuanya tepat jumlah.
"Kami tidak akan mengawalmu. Kelompok ini harus segera pergi sebelum matahari terbit, " kata pria di hadapannya.
"Its alright, " ucap Ravn.
Hujan kembali turun ketika mereka harus memasuki lagi jalan setapak itu dan masuk ke dalam mobil. Sepanjang perjalanan, pemuda yang ikut bersamanya berulang kali melihat ke jok belakang tempat uang itu disimpan.
"Hyung, apa ini tidak terlalu berbahaya? " tanyanya dengan nada cemas.
"Kita tidak ada waktu untuk merasa takut sekarang. Kita butuh uang untuk tetap hidup dan membiayai kuliahmu. "
"Aku sudah bilang aku tidak perlu melanjutkannya, Hyung. Aku bisa mencari pekerjaan dan membantumu menghidupi kebutuhan kita. "
"Yaish, kenapa kau selalu merengek soal itu. Setelah eomma meninggal kau pikir aku akan membiarkanmu hidup sebagai orang bodoh sepertiku? "
"Tapi bukan berarti kita harus menempuh resiko seperti ini. Aku tidak ingin kau terluka, atau salah satu di antara kita tertangkap polisi. Aku tidak ingin terpisah darimu, Hyung. "
Ravn menoleh pada adiknya sekilas. Wajah anak itu semuram suasana hujan di luar mobil. Dia sudah siap menangis. Ravn langsung melipir ke tepi jalan dengan injakan rem cukup keras. Dia tatap jalanan gelap di hadapan mereka.
"Dengar Kim Minjae, selain menutupi identitas kita sebagai omega agar tidak diburu para alpha keparat itu, aku ingin kau memahami satu hal bahwa kita justru harus berbaur bersama mereka agar bisa tetap hidup. This is our choice. Kau pikir masih ada yang mau memberi toleransi atas apa yang sudah terjadi? We killed our own mother_"
"You did it, not me, " bantah Minjae.
"Yes, I did it, " Ravn malah menegaskan. Dia menatap kedua mata adiknya tajam. "I killed her before she kill us. Do you got it? "
Minjae menelan ludah. Dia membalas sorot Ravn yang tidak melunak. Think faster than you can, Minjae. We need the whole money. Aku tidak akan menuntutmu untuk melakukan hal yang sama. Im the one who should handle this, dan tugasmu adalah tetap belajar. Kau lulus kuliah, memposisikan dirimu di tempat-tempat yang jauh lebih baik. Jadi berhenti merengek seperti pecundang. Diam dan ikuti saja kata-kataku. "
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLEMNRAIN 🔞 || KIM MINJAE
FanfictionUniverse Kim Minjae dan tiga galaksi yang mengelilinginya. Terdiri dari berbagai jenis cerita, one shoot atau long book ❤❤ cover by : hobiholygraph