“Si Hunter kemana sih?” tanya Minjae pada Sumin yang tengah sibuk memasang kursi santai kecil. Di belakangnya Hyunwoo membawa ember plastik berisi cacing untuk umpan ikan. Kedua anak itu bahu membahu menyiapkan alat pancing, membentang alas duduk berupa kain untuk piknik dan mengeluarkan camilan dari dalam kantung.“Katanya ada acara,” jawab Sumin tanpa membalikkan tubuh. “Dari kemaren udah gue ajakin, ngeles mulu tuh anak.”
Minjae mengernyitkan kening. “Tumbenan banget, biasanya dia nggak pernah absen kalau kita kumpul gini. Emang dia ikut olim juga kayak Yujun?”
“Kagak tahu ya, pokoknya dari dua hari lalu tuh anak juga jarang nongol di grup.”
“Duduk, Kak,” kata Jinsik sambil menunjuk kain yang sudah siap. Minjae menurut. Dia biarkan Jinsik sibuk membuka kantung-kantung keripik kentang dan soda kalengan.
“Yujun juga nggak pernah balik rumah udah beberapa minggu, gue paham sih dia sibuk olim tapi biasanya dia maksain nginep barang sehari doang,” gumam Minjae.
Jinsik tersenyum, menoleh sekilas. “Tapi Hunter nggak laporan apapun, kan? Harusnya nggak ada masalah dong.”
“Iya juga, Cuma gue tetep aja worry sama tuh anak dua.”
“Biarin aja sih, Kak. Mereka kan ibarat kembar siam, nempel kayak pake lem gajah. Mungkin Hunter males ngikut hari ini karena Yujun juga nggak ngikut,” timpal Hyunwoo.
Minjae memandangi Hyunwoo. Anak itu segera menyusul Sumin duduk di pinggir danau dan siap memancing. Memang tidak ada masalah dengan ketidakhadiran Hunter kali ini tapi tetap saja bagi Minjae itu sebuah kejanggalan. Minjae sudah cukup sibuk karena harus bekerja sambil sekolah, membuat mereka jarang berkumpul lagi. Kebetulan sekarang long weekend dan dia bisa mentraktir teman-temannya untuk piknik seperti biasa, bagi Minjae momen itu sungguh berharga.
“Hey, its alright,” kata Jinsik sambil menepuk lembut pipi Minjae.
Seperti biasa, dia akan duduk bersandar ke pohon lalu Minjae duduk bersandar di dadanya, memerhatikan suasana danau, kedua teman mereka yang terus menerus bercanda, atau ke arah perbukitan golf dimana dari jauh dia bisa melihat beberapa golf car hilir mudik.“Gue takut Hunter ada masalah di luaran dan milih untuk nggak cerita,” desah Minjae gusar.
Jinsik membelai rambutnya yang sesekali tertiup angin.
“Hunter bukan orang kayak gitu deh, Kak. Atau mungkin justru karena keadaan akhir-akhir ini kondusif makanya jadi aneh ya?”
Minjae mengangguk.
“Harusnya mereka berterima kasih dong sama lo.”
“Emang kenapa deh?”
“Ya kan berkat lo kita jadi nggak usah buang waktu ladenin sparring anak SunCit,” Jinsik sengaja memelankan kalimat akhirnya.
Menyadari maksud perkataan pemuda itu, wajah Minjae sontak memerah. Dia langsung berbalik, memperlihatkan beliak matanya yang membola. Jinsik hanya terkekeh, mencium bibir Minjae yang terbuka hendak protes.
“I just tell the truth.”
“Ya nggak usah dibahas juga.”
“Seneng abisan jailin lo.”
“Nggak lucu, Jinsik,” Minjae masih memasang tampang galak.
Jinsik makin gemas. Dia menggigit ujung hidung kekasihnya yang dibalas dengan tamparan pelan di bibir."Lo iseng banget sumpah."”
"Tapi Kak, gue mau nanya. Lo jawab jujur.”
“Apaan sih?” Minjae kembali memutar tubuh, menghadap ke arah Sumin dan Hyunwoo yang sekarang malah saling lempar cacing ke kaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLEMNRAIN 🔞 || KIM MINJAE
FanficUniverse Kim Minjae dan tiga galaksi yang mengelilinginya. Terdiri dari berbagai jenis cerita, one shoot atau long book ❤❤ cover by : hobiholygraph