Dekorasi yang bertabur emas dan perak menjadi pemandangan yang indah di dalam sebuah teras yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa.
Lampu gantung yang menyala serta berbagai pernak-pernik yang menghiasi membuat siapa saja merasa takjub dibuatnya.
Hari ini adalah hari di mana seorang Arvisha Gaurika Nandini akan melangsungkan pernikahan dengan sosok lelaki yang bernama Gala Samudra Andirga, seorang lelaki pilihan sang Papi yang nanti akan membimbingnya dan melindunginya dari segala hal yang tidak enak dipandang oleh mata.
Mereka dipertemukan karena sebuah perjodohan, tetapi hal itu tak melunturkan kesakralan dari acara tersebut. Walaupun mereka belum mempunyai rasa yang sama, yang jelas keduanya sudah merasa nyaman di dekat masing-masing. Hal itu tentu saja menjadi hal yang cukup baik untuk hubungan keduanya.
Gia yang sudah rapi memakai dress untuk para bridesmaids pun kini menoleh ke arah Visha, di mana sahabatnya itu tengah memakai make up yang sudah disediakan oleh MUA.
Memang tadi malam Gia menginap, hitung-hitung merayakan hari terakhir Visha menjadi seorang gadis. Akhirnya hari ini tiba, hari yang akan menjadi sejarah bagi Visha dan Dirga.
"Bestie gue cantik banget! Pangling, deh," ucapnya tatkala melihat Visha yang sudah selesai dengan make up nya.
"Gue emang cantik, sih. Makasih, loh, pujiannya." Gia geleng-geleng kepala, kepercayaan diri seorang Visha memang tidak akan pernah luntur.
"Btw, lo pakaiannya bikin sendiri atau nyewa?" tanya Gia saat melihat pakaian adat Jawa dan Sunda itu, Visha dan Dirga sepakat untuk menggunakan dua adat yang sesuai dengan asal mereka.
"Bikin sendiri, kebetulan mama mertua gue punya temen designer—jadi sekalian minta tolong. Ya, lumayan, lah, dapet diskon." Gia mengangguk paham.
"Berarti hari ini lo pakai dua adat, ya? Yang pertama Jawa dan yang kedua Sunda."
"Iya, benar sekali! Akad pakai Sunda dan resepsi pakai Jawa."
Kini Gia kembali fokus dengan pemasangan siger Sunda di kepala Visha, ia merasa takjub dengan wajah Visha yang fresh dan bahagia.
"Aura pengantinnya keluar, gue jadi gak sabar lihat reaksi mas Dirga di bawah sana. Gue yakin dia terpana sama neng geulis yang satu ini." Visha tersipu mendengarnya, ia jadi membayangkan reaksi Dirga nantinya.
"Kak Genta nanti nyusul, kan? Takutnya laki lo malah milih kerja daripada menghadiri acara pernikahan gue. Apalagi yang jadi pasangan gue Dirga, cowok yang pernah suka sama lo."
"Aman, nanti dia ke sini sama kak Angga. Kalau gak datang, dia takut ada orang yang kepincut sama gue—apalagi groomsmen nya pada cakep-cakep." Visha mencibir pelan, ia mengakui bahwa teman-temannya Dirga mempunyai paras di atas rata-rata.
"Awas, loh, kalau berpaling. Bisa-bisa acara gue rusak gara-gara kak Genta yang ngamuk." Gia tertawa mendengarnya, tidak mungkin calon suaminya itu akan bertindak semena-mena.
"Tenang, nanti gue rantai." Visha hanya geleng-geleng kepala, sekarang ia fokus dengan pemasangan siger yang tengah dipasang.
🌊🌊🌊
Lantunan ayat suci Al-Qur'an beserta sholawat nabi menjadi pembuka acara hari ini, mereka semua tampak khusyu mendengar sedikit ceramah tentang pernikahan yang dibawakan oleh salah satu ustadz.
Setelah beberapa menit mendengarkan, kini tiba saatnya di mana Dirga menjabat tangan sang calon mertua untuk melakukan akad. Jujur saja Dirga gugup, ini adalah momen sekali seumur hidup baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatukrama [PROSES REVISI]
Romance"Bencana tak selalu berakhir kecewa." Setelah menyelesaikan masa studinya selama 4 tahun, Gia berencana berlibur ke salah satu kota yang ada di daerah Yogyakarta. Saat tengah menikmati indahnya Pantai Parangtritis, tiba-tiba gempa dengan magnitudo 6...