Menjalani sebuah hubungan yang namanya pernikahan pasti ada kalanya mengalami hambatan, entah itu dari kedua pasangan atau dari lingkungan.
Banyak hal yang pastinya akan menjadi sebuah ujian dalam pernikahan, tetapi hal itu tentu saja menjadi sebuah acuan untuk terus bertahan.
Kini, satu tahun sudah hubungan mereka. Hubungan yang dilandasi oleh cinta dan kasih sayang, juga rasa nyaman yang selalu ingin berdekatan.
Tak ada yang mulus dalam pernikahan mereka, karena ada sebuah kerikil yang menghambat perjalanan panjangnya.
Dengan kehadiran sang buah hati, kebahagiaan mereka terasa terlengkapi. Mereka seperti mempunyai semangat yang lebih tinggi untuk saling memeluk diri.
Di kota yang penuh kenangan ini, mereka berjalan bersama dengan Abyaz yang berada di tengah-tengah mereka.
Mereka saling bercanda tawa, membicarakan hal-hal yang terkadang tidak penting untuk dibicarakan.
Tetapi mereka senang, apalagi dengan kehadiran Abyaz yang mereka bawa.
"Kita mau ke mana, sih? Daritadi jalan terus," ucap Gia yang tak tahu akan ke mana, suaminya ini seakan-akan menyembunyikan tempat yang ingin mereka datangi.
"Nanti juga kamu tahu." Pernyataan itu mungkin sudah terlontar beberapa kali, tetapi sedari tadi mereka tak kunjung berhenti.
"Sebentar lagi," lanjutnya yang membuat Gia pasrah.
Mereka berjalan dari parkiran mobil, Gia bahkan tak tahu sekarang dirinya sedang berada di mana.
Tempatnya sangat asing, apalagi Gia belum pernah menginjakkan kaki di kota ini.
Genta juga sama, tetapi berkat bantuan Dirga ia tahu tempat yang akan mereka kunjungi nantinya.
Kini ketiganya sudah menginjakkan kaki di salah satu cafe yang cukup sepi, kini Gia menoleh, ia merasa heran dengan hal ini.
"Kok sepi?" tanyanya sembari melihat sekitar, dapat ia lihat sebuah bangunan yang bercat putih juga ada sedikit ornamen yang cukup khas.
"Aku udah booking tempat, untuk kita bertiga dan hanya kita bertiga." Gia melotot terkejut, bahkan dirinya sampai menutup mulut dengan kedua tangannya.
"Kak, ini berlebihan. Kita cuma mau makan, dan ... kenapa harus disewa?" Genta tersenyum, ia kini membawa wajahnya ke depan wajah Gia.
"Because, today is our special day," ucapnya yang membuat Gia berpikir. Setelah teringat, ia menoreh senyum yang lebar.
Ia segera mengalungkan tangannya ke leher Genta, tak paham lagi dengan kelakuan sang suami kali ini.
"Terima kasih! Tapi gak harus kita sewa, gimana kalau para pengunjung pengin ke sini?" tanyanya yang membuat Genta tertawa.
Genta melepas pelukan itu, selanjutnya ia menangkup kedua pipi Gia yang semakin tembem.
"Hey, aku cuma ingin memberikan sebuah kenangan di hari pernikahan kita." Gia terharu mendengarnya, ia tak tahu lagi harus mengatakan apa.
Akhirnya Genta kembali melangkah, memasuki area cafe dengan tangan kiri yang menggenggam tangan Gia dan yang kanan mendorong stroller.
Pemandangan yang Gia lihat adalah hamparan rumput yang menjadi area taman, juga ada bantal-bantal yang cukup besar untuk menangkup beratnya.
Juga tempat duduk kayu yang berwarna putih, menambah kesan aesthetic dan elegan secara bersamaan.
"Wah!" Gia berseru kecil, ia sangat suka dengan tempat kopi ini.
"Ini Secret Garden Coffee and Chocolate, kan?" Genta mengangguk, ia sengaja meminta bantuan Dirga untuk mencarikan sebuah tempat yang romantis. Dan seketika, Genta tertarik dengan tempat ini.
"Ih, keren! Kamu ngabisin uang berapa malam ini?"
"Jangan ditanya, pokoknya sekarang kamu nikmatin aja hidangan yang ada."
Di atas meja, sudah terdapat hidangan unggulan dari cafe ini, yang Gia lihat ada Chicken Wings Barbeque, Potato with Beef, dan Nasi Goreng Kambing. Untuk minumannya, Genta memesan Original Coffee dan Tiramisu.
Niatnya ingin memesan semua menu unggulan, tetapi Genta sadar jika makanan ini pasti akan terbuang dengan sia-sia. Jadi, biarlah pesan secukupnya.
"Kayaknya enak, nih." Gia sedari tadi tak berhenti tersenyum, hatinya juga berbunga-bunga karena tingkah laku yang Genta tunjukkan.
"Sayang, adanya Abyaz di sini untuk menjadi saksi bahwa cinta aku ke kamu lebih besar dari cintaku ke diriku sendiri. Aku tahu mungkin menurut kamu ini sederhana, tetapi kesederhanaan itulah yang membuat aku selalu ada untukmu."
Gia terharu, ia tak tahu lagi dengan kata sederhana yang Genta ucapkan. "Ini bukan sederhana, tetapi ini istimewa. Aku sangat merasa diratukan oleh kamu, padahal kita hanya merayakan satu tahun pernikahan tetapi kamu sampai menyiapkan semua ini."
Kini fokus Gia ke arah putranya yang tengah tertidur. "Nak, kamu harus beruntung karena mempunyai ayah seperti papa Genta. Papa kamu benar-benar meratukan mama seperti ini, bahkan dia gak segan-segan buat beli hal apapun yang mama dan kamu inginkan."
"Mungkin kata terima kasih tidak cukup untuk mengungkapkan semuanya, aku hanya bisa berdoa semoga pernikahan kita sampai ke Jannah-Nya."
Genta tersenyum, ia kini berdiri dan mendekat ke arah Gia. Dipeluknya tubuh yang sudah satu tahun sudah bersamanya, ia merasakan sebuah kehangatan yang selalu ada.
Dengan tiba-tiba, suara iringan lagu terdengar. Lagu yang diputar adalah Teman Hidup yang dibawakan oleh Tulus.
Gia tertawa, ia melepas pelukan yang cukup erat itu. "Seperti lagu ini, aku akan mengatakan bahwa 'tetaplah bersamaku, jadi teman hidupku, berdua kita hadapi dunia, kau milikku ku milikmu, kita satukan tuju, bersama arungi derasnya waktu'."
Genta tersenyum, matanya berkaca-kaca mendengar hal itu.
Mereka akan selalu menjadi teman hidup, teman berbagi kisah dan teman yang akan selalu ada.
Seperti lagu Tulus yang membawa kita kepada satu tujuan. Di mana tujuan untuk selalu meraih kebahagiaan dan kesuksesan dalam berumah tangga.
Kini kisah mereka benar-benar selesai di sini, diakhiri dengan sebuah pelukan yang akan selalu membuat nyaman. Tak lupa suara celotehan bayi yang membuat kedua orang tua muda itu tertawa.
"Maaf, ya, Abyaz. Kamu dicuekin dari tadi."
🌊🌊🌊
Akhirnya selesai cerita inii 😭
Alhamdulillah, puas gak tiga spesial chapter?
Hahaha
Maaf kalau hanya 900-an kata, aku udah bingung karena kisah Genta sama Gia terlalu baper
Jangan lupa untuk mampir ke cerita aku yang lain yaa
Babayy
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatukrama [PROSES REVISI]
Romance"Bencana tak selalu berakhir kecewa." Setelah menyelesaikan masa studinya selama 4 tahun, Gia berencana berlibur ke salah satu kota yang ada di daerah Yogyakarta. Saat tengah menikmati indahnya Pantai Parangtritis, tiba-tiba gempa dengan magnitudo 6...