Suara alarm yang berbunyi nyaring membangunkan kedua pasutri yang tengah tertidur pulas, tetapi sebelum mematikan alarm, Gia merasa berat dengan tangan yang memeluk pinggangnya dengan erat.
"Kasa, aku mau matiin alarm." Akhirnya Genta melepas pelukannya, setelah alarm itu mati ia kembali memeluk tubuh ramping istrinya itu.
"Udah azan, yuk salat dulu. Habis itu kita siap-siap buat kerja." Genta menggeleng pelan, ia masih nyaman untuk memeluk cintanya itu.
"Nanti, aku masih mau meluk kamu." Gia pasrah, ia membiarkan suaminya itu untuk memeluknya dengan erat.
Genta menyembunyikan wajahnya di tengkuk leher sang istri, tentu saja hal itu membuat Gia sedikit geli.
"Kasa, geli tahu! Udah, ah. Nanti kamu kebablasan." Genta menyengir, ia melepas pelukan itu.
"Sekarang salat, nanti keburu telat." Genta menurut, ia mengikuti langkah Gia ke kamar mandi.
Akhirnya kedua pasutri itu melaksanakan kewajiban mereka sebagai seorang muslim, setelahnya mereka menyiapkan diri untuk kembali bekerja setelah satu Minggu cuti.
"Mau ikut aku masak atau di sini aja?"
"Ikut kamu."
Keduanya turun menuju dapur, Gia memilih memasak simpel untuk pagi ini. Sepertinya omelette dan nasi goreng adalah pilihan yang tepat.
Genta tak tinggal diam, ia kembali menyusupkan tangannya ke pinggang milik Gia. Gia yang sudah terbiasa hanya mendiamkan saja, jika tidak suaminya itu akan cemberut sepanjang hari.
Beberapa menit kemudian, masakan itu selesai. Kini Gia mengajak suaminya untuk duduk di meja makan.
"Suapi, dong!" Gia mengangguk, ia memakan sarapan dengan sang suami yang seperti bayi gede.
"Kenapa jadi manja, sih?" tanyanya penasaran, sebab Genta jarang seperti ini.
"Masih ingat kata andeh Ani?" Gia menggeleng pelan. "Kata beliau, kan, sifat aku bakal kelihatan. Aku bukan jahil aja sayang, tapi aku pengin di manja. Apalagi aku anak tunggal, jadi aku pengin ngerasain rasanya di manja sama pasangan."
"Makanya kamu sekarang minta disuapi?" Genta mengangguk, hal itu membuat Gia dilanda rasa gemas.
"Gapapa, kalau mau manja gapapa banget. Aku tahu, terkadang inner child kamu ke luar." Genta tersenyum mendengarnya, ia kini memegang tangan Gia untuk ia kecup.
"Terima kasih sayang!"
"Sama-sama, habis sarapan kita mandi."
"Kita mandi bareng?" Binar mata itu perlahan meredup tatkala Gia menggeleng keras.
"Nanti malah bukan mandi, pokoknya mandi sendiri-sendiri! Nanti telat ke rumah sakit." Genta menghela napas pasrah, ia menyenderkan kepalanya di atas meja.
"Udah jangan cemberut, nih makan lagi." Akhirnya Genta mengangguk, menerima suapan terakhir dari Gia.
🌊🌊🌊
Bau khas rumah sakit sudah tercium oleh sepasang pasutri yang hampir satu Minggu cuti, mereka masuk ke dalam dengan sapaan kepada staff rumah sakit yang lain.
"Wah, sudah selesai cuti?" tanya salah satu perawat yang mendapat anggukan dari keduanya.
"Selamat atas pernikahannya, ya. Semoga sakinah, mawadah, dan warahmah. Serta cepat diberi momongan."
"Aamiin, terima kasih atas doanya suster Riska." Perawat yang sudah masuk kepala tiga itu tersenyum, setelahnya ia kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatukrama [PROSES REVISI]
Romance"Bencana tak selalu berakhir kecewa." Setelah menyelesaikan masa studinya selama 4 tahun, Gia berencana berlibur ke salah satu kota yang ada di daerah Yogyakarta. Saat tengah menikmati indahnya Pantai Parangtritis, tiba-tiba gempa dengan magnitudo 6...