Prolog ✓

2.9K 97 15
                                    

Langkah kaki yang saling beradu juga suara announcer yang bergema membuat Gia dilanda panik, ia sedikit terlambat untuk pergi ke stasiun karena kedua orangtuanya sedikit sulit untuk melepaskannya.

Setelah melewati perkuliahan yang cukup pelik, Gia memang berencana untuk pergi mengistirahatkan diri di sebuah tempat yang berada di Yogyakarta. Ia ingin mendamaikan pikirannya sebelum masuk ke dalam dunia kerja.

Karena ia sudah mempunyai feeling jika kedua orangtuanya tidak setuju, Gia membeli tiket kereta serta membooking tempat terlebih dahulu. Setelah itu, dirinya baru meminta izin untuk pergi. Agak ekstrim memang, tetapi cara ini ternyata cukup berhasil. Yah, walaupun harus ada sedikit pelukan perpisahan yang sedikit drama menurut Gia.

Setelah berjalan cukup cepat, ia akhirnya bisa terduduk dengan tenang. Sebelum itu, Gia mengangkat kopernya dan menyimpannya di bagasi.

Saat sudah tersimpan rapi, tiba-tiba kereta berjalan dan membuat koper itu akan terjatuh. Gia yang panik pun hanya bisa memegangi dengan erat.

"Hati-hati, Kak." Seperkian detik berlalu, ada sosok lelaki yang ikut memegangi koper miliknya. Ia membenarkan letak koper itu agar tidak terjatuh lagi.

Gia bernafas lega, ia menoleh ke arah kanan sembari tersenyum. "Makasih, Kak."

Tiba-tiba lelaki itu terpaku, memandang wajah Gia dengan tatapan nanar. Gia yang heran pun segera melambaikan tangannya agar lelaki itu tersadar. "Halo, Kak."

"Eh, sorry. Iya sama-sama." Setelah mengucapkan kalimat itu, empunya segera pergi dan duduk di kursi yang jaraknya dua orang dari tempat duduknya.

Gia yang tak merasa pusing pun segera duduk dan memakai earphone, ia segera menyetel musik dan mencari beberapa informasi untuk perjalanannya kali ini.

Jatukrama [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang