Tiga bulan bukan waktu yang lama untuk mempersiapkan berbagai hal untuk pernikahan, tetapi dalam kurun waktu itu ... semuanya terjadi.
Segala hal yang nampak mustahil, kini sudah terpampang nyata dalam penglihatan mata. Taman yang semula sepi, dalam waktu tiga bulan sudah disulap menjadi tempat yang sangat indah.
Hiasan dekorasi berwarna emas dan putih tampak berkilau dari kejauhan, tak lupa kursi pelaminan yang mendominasi. Semuanya terasa indah, apalagi pernak-pernik yang lain.
Hari ini, tepat tiga bulan yang lalu Genta melamar secara resmi sang pujaan hati. Bermodalkan nekat dan restu dari orang tua, Genta berani untuk datang ke rumah Gia.
Akhirnya, setelah hari itu semuanya tampak sibuk. Entah menghubungi pihak WO atau mencari pakaian yang akan dikenakan.
Semuanya sudah terstruktur dengan baik, tentu saja para orang tua terlibat akan hal ini. Apalagi Revan yang paling mendominasi, ia yang membiayai segala tetek bengek yang ada.
Sekarang, Genta tampak gugup berada di depan penghulu. Tak lupa juga calon ayah mertua yang nanti akan berjabat tangan dengannya.
Jujur saja, jantung Genta seperti akan ke luar dari tempatnya. Ia sangat gugup, sungguh. Apalagi dilihat oleh beberapa tamu undangan yang mungkin hanya sekitar beberapa orang saja.
Genta dan Gia hanya mengundang para staff yang bekerja di rumah sakit tempat mereka mengabdi sekarang, untuk teman kuliah mungkin hanya Angga dan Visha saja. Sebab, mereka hanya ingin mengundang orang-orang terdekat.
Untuk tamu dari kedua orangtuanya, mereka hanya memilih mengundang keluarga besar. Selebihnya tidak diundang, sebab kedua mempelai ingin pernikahan bertema intimate wedding.
Mungkin di resepsi ke-2 nanti, Revan akan mengundang seluruh kolega bisnisnya. Sebab resepsi nanti akan diadakan di Padang, tempat ia dilahirkan.
Setelah mendengar segala hal yang ke luar dari mulut seorang ustadz, kini tiba saatnya untuk Genta menjabat tangan calon ayah mertuanya.
"Saudara Gentala Daksa Revano, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri kandung saya yang bernama Elegia Farrany Nayanika dengan mas kawin berupa satu unit rumah beserta seperangkat alat salat dibayar tunai!"
Dengan satu kali tarikan napas, Genta membalasnya dengan suara yang cukup lantang.
"Saya terima nikah dan kawinnya Elegia Farrany Nayanika binti bapak Naufal Nizam Al-Baihaqi dengan mas kawin tersebut tunai!"
Seluruh tamu undangan mengucapkan kata sah, hal itu berbarengan dengan air mata Genta yang meluruh dengan derasnya.
Akhirnya, ia bisa mempersunting seorang wanita yang dicintainya. Ia berhasil untuk membawa Gia ke hidupnya. Ia berharap, dengan status baru ini, mereka semakin dekat dan tentu saja semakin baik.
Tak hanya Genta yang menangis, Gia yang melihat dari jauh pun tampak berkaca-kaca. Ia segera memeluk bundanya dengan erat.
"Selamat, nak. Sekarang kamu sudah menjadi seorang istri, jangan lupa berbakti dan patuh kepada Genta, ya? Sekarang surgamu bukan di bunda lagi, tapi di suami kamu, nak." Gia mengangguk, ia masih tak menyangka bahwa hari ini statusnya akan berubah.
"Selamat, sengku! Akhirnya lo naik ke pelaminan." Gia tertawa, ia memeluk tubuh sahabatnya itu dengan erat.
"Yuk, kita ke sana! Kasihan Genta udah nunggu istrinya." Gia tersenyum, ia segera mengikuti langkah keduanya untuk maju ke depan.
Suara pembawa acara nampak terdengar, menyambut datangnya Gia yang diapit oleh Farra dan Visha. Semua tamu undangan tersenyum, merasa terpana dengan kecantikan Gia hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatukrama [PROSES REVISI]
Romance"Bencana tak selalu berakhir kecewa." Setelah menyelesaikan masa studinya selama 4 tahun, Gia berencana berlibur ke salah satu kota yang ada di daerah Yogyakarta. Saat tengah menikmati indahnya Pantai Parangtritis, tiba-tiba gempa dengan magnitudo 6...