[ Mystery, Fantasy, Sci-fi, & Adventure ]
❝Jika mimpi dapat membuat sebuah kehidupan yang gila, mengapa dinyatakan mutlak tidak nyata? Darimana bisa terciptanya jikalau bukan kehidupan itu benar adanya?..❞
Mengisahkan tentang beberapa pemuda yang te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Vulgaryfams itu komunitas sex."
Setelah sampai di tempat tinggal Rellona, Rumah itu ternyata hanya memiliki satu ruangan. Kata Riga, rumah di negara ini semuanya memang sama rata seperti itu. Yang terlihat pertama kali masuk hanyalah sebuah kasur minimalis yang tidak begitu besar, lalu di sampingnya terdapat meja nakas terbuat dari besi yang di setiap sisinya memancarkan cahaya lampu. Selain itu.. tidak ada.
Ruangan yang dengan dinding dan atap terbuat dari aluminium itu amat kosong. Rellona seketika merasa seperti ia berada di dalam open. Kemudian gadis itu melihat Riga menekan beberapa kali tombol yang berada di sudut dinding sebelah kirinya. Hingga dinding tersebut memunculkan beberapa garis cahaya yang bergerak naik-turun, lalu tiba-tiba saja membentuk sebuah pintu transparan. Pintu itu secara otomatis terbuka.
Pria itu kemudian berbalik. Ia menatap Rellona sembari menunjuk pakaian di dalam lemari itu yang muncul dari balik dinding. "Ini baju-baju lo.. Kalo mau buka lemari, tinggal tekan tombol merah ini 2 kali, terus akan muncul tombol kedua dengan warna yang sesuai simbol yang lo punya, dan selanjutnya lo tinggal tekan itu.. Secara otomatis dinding itu akan bekerja membentuk lemari pakaian." setelah menjelaskan, Riga mengangkat bahunya singkat. "That's simple."
Rellona hanya terdiam, ia masih terlihat bingung untuk terbiasa di tempat seperti itu.
Singkat cerita, jarak rumahnya dari tempat kepemerintahan sejauh lebih dari 70km, namun Rellona hanya perlu menempuh jarak itu dengan waktu 10 menit saja. Dan jujur, ia tidak bisa berbohong bahwa tubuhnya masih shock karena kendaraan yang di tumpanginya tadi ialah Beezh. Yang lebih mengerikannya lagi, Rellona merasa menyesal karena selama perjalanan di atas Beezh, ia menghadap ke jendela. Alih-alih ingin menikmati pemandangan negara aneh itu, namun justru gadis itu malah di terjang kepanikan yang luar biasa, hingga kepalanya pusing tujuh keliling. Akibat kecepatan Beezh yang tak terhingga, bukannya membuahkan hasil pemandangan yang indah nan langka, naasnya kini Rellona justru mengalami demam dan meriang.
"Kan gue udah bilang dari awal jangan liat keluar jendela." kata Riga sekaligus membuang nafas kasarnya. "Batu, sih!"
Dengan wajah pucat, Rellona hanya melirik pria itu sekilas, tubuhnya langsung ambruk di atas kasur.
Riga tersenyum tipis. "Runa.. Runa.. Lo mengingatkan gue waktu pertama kali terjun ke dimensi ini." papar pria itu duduk di tepi kasur. "Justru gue lebih parah dari lo."
Kalimat akhir itu berhasil membuka kedua mata Rellona, agaknya gadis itu terpincut untuk ingin mendengar cerita Riga lebih jauh.
Rellona beranjak terduduk. "Emang iya?"
Riga mengangguk.
"Setelah naik Beezh, gue nggak bisa bangun selama seminggu."
Gadis itu tiba-tiba bergelak tawa. "Hahaha.. separah itu?"