Bab 17 | Pameran

55 9 11
                                    

Rellona kesulitan mencari Riga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rellona kesulitan mencari Riga. Ia sangat kesal, kenapa pria itu tidak menghadiri pameran temannya?

Dozi, Gena, dan Drey, mengomel sedari tadi pada Rellona. Menyalahkan gadis itu kenapa tidak memastikan kalau Riga benar akan menyusul.

"Ini semua gara-gara lo!" Dozi, si pria ketus kembali beraksi.

Rellona tersenyum kecut. "Buat apa gue mastiin orang yang udah jelas-jelas lebih tau dan fasih jalannya ketimbang gue?"

Gadis yang egois nan tak mau kalah membuat Drey menggaruk hidung tak nyaman. "Runa, lo nggak inget kalau Riga pernah hilang? Lo mau kejadian itu terulang?"

"Kok lo jadi ikut nyalahin gue sih?!" Rellona tak terima.

"Bukan nyalahin. Cuma ngingetin."

"Terus? kalian mau apa kalo udah gini? mau gue nyariin dia kaya kemarin?!"

Mendengar suara Rellona sudah mulai meninggi, Gena pun ikut menegur. "Runa, suara lo kekencengan. Kalau ada yang denger gimana? Mau lo di laporin Triple Zero lagi?"

"Kalian yang mulai!!"

Dozi yang sudah tak tahan menghadapi gadis itu, ia memutarkan kedua bola matanya malas. "Emang dasar betina! Gamau kalah!" ujarnya dengan wajah datar sembari membelah kerumunan.

"Lo mau kemana?"

"Mau jualan lah. Sia-sia gue begadang tiap hari bikin Be Fast kalo nggak gue pamer dan jual." Dozi menyaut dari kejauhan.

Melihat teman-temannya semakin menjauh dari hadapannya, Rellona pun melangkahkan kakinya mengekor ketiga temannya itu. Gadis itu melihat sekeliling. Sangat banyak orang yang hadir dalam pameran. Ia seperti berada di pasar teknologi ketika melihat orang-orang yang menata benda atau alat buatannya untuk dipasarkan. Rellona tak begitu bisa menjangkau seluruh keadaan di tempat itu karena tubuh mungilnya yang kini tenggelam oleh banyaknya orang yang begitu tinggi.

Rellona terlihat sangat canggung dan masih belum terbiasa dengan semua orang di sekelilingnya yang memakai pakaian serba formal, pun ia sendiri juga memakai pakaian yang sama. Ia juga masih merasa terganggu dengan tatapan orang-orang yang membidiknya dengan kacamata No-P —yang jelas akan memunculkan data pribadi Rellona. Mungkin hal ini akan membuat si gadis memerlukan banyaknya waktu untuk bisa terbiasa sepenuhnya dengan dunia aneh ini. Namun satu hal yang pasti, ia akan tetap aman karena ia sudah memiliki identitas resmi.

Rellona akan melupakan perspektif orang-orang terhadapnya untuk kali ini. Karena kini, pandangannya sungguh dialihkan oleh benda-benda yang dibawa oleh para peserta. Yang tadinya akan pergi ke tempat Dozi berjualan. Kini, Rellona berbelok ke lain arah sembari bersimpah kagum berkali-kali ketika mengamati satu persatu benda yang ada disana. Rasanya sangat tidak menyangka bahwa ternyata manusia dapat menciptakan alat atau benda yang bahkan terasa tak masuk akal.

Di salah satu pada deretan sebelah kirinya, ia mendapati sebuah benda berbentuk kotak persegi panjang yang besar, diletakan dengan posisi ditidurkan. Alat itu seperti sebuah peti dilengkapi dengan pintu transparan. Benda yang sangat bersih dan bercahaya pada bagian sisi pintunya. Ia yakin di balik benda itu tersembunyi berbagai segala rangkaian mesin yang akan berfungsi secara ajaib sebagai inti dari benda itu. Saat ia membaca pada papan yang terbentang di hadapannya, ternyata benda itu dinamai Vida yang artinya adalah kehidupan.

Crazy Life: Another World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang