Langkah kaki Rellona kini berhasil kembali terpijak di Grid c2, keluar lift dengan perasaan campur aduk. Hatinya yang kini kian menggerutu menahan emosi karena telah menyadari bahwa ia ternyata di jadikan budak oleh orang-orang gila di negara ini. Mereka yang ingin mencoba mengambil memori Rellona. Entah apa yang akan mereka rencanakan, namun Rellona benci bahwa ia hanya akan dimanfaatkan saja.
Selama Rellona tak sadarkan diri di dalam tabung kala itu, ia sempat mendengar Prof.Born membicarakan sesuatu bahwa Grid f5 tidak akan diakses oleh penduduk biasa, Grid itu hanya akan diakses oleh orang-orang yang telah berhasil melakukan penelitian besar, para petinggi kepemerintahan negara, dan juga para ilmuwan. Dan Grid f5 juga kemudian akan dijadikan sebuah tempat perantara menuju dimensi lain dengan alat-alat yang kini masih dalam proses pembutan.
Namun, Rellona masih bertanya-tanya mengapa hanya ia yang dijadikan budak-nya? Bukankah tidak hanya ada 1 di penduduk negara ini yang berasal dari dimensi lain? Apa mungkin ini disebabkan karena ia telah tertangkap tanpa identitas yang jelas?
Rellona tersandung. Saking terburunya ia mencari-cari jalan ke tempat yang dimana ia pertama kalinya bertemu dengan negara ini. Lebih tepatnya lift yang telah membawanya kemari. Ya, satu-satunya yang ada di otak gadis itu hanyalah lift itu. Menurutnya hanya itulah cara yang masuk akal untuk kembali pada dimensi asalnya.
'Skyve Street, Halte G9'
Rellona membaca isi dari kertas yang Riga lemparkan padanya tempo lalu. Terdapat sebuah alamat untuk bertemu dengan Riga. Ia juga yakin kalau lelaki itu kini pasti tengah menunggunya.
Namun, bagi situasi Rellona saat ini mengenai hal itu tidaklah penting. Menyadari ia pun tengah dalam pengawasan suruhan Prof. Born, gadis itu semakin gegabah.
Sudah satu jam lebih Rellona mencari lift itu, berlarian kesana kemari, dan hingga akhirnya Rellona sampai di tempat yang ia cari. Tempat yang masih jelas ia mengingatnya, di dalam sebuah gedung lift GridZoxm 0017.
Tanpa berfikir panjang Rellona pun memasuki lift itu, ia menekan tombol dengan asal karena ia tak tahu lantai berapa yang akan benar-benar membawanya keluar dari dimensi ini. Setelah itu, Rellona terdiam sejenak, ia mencoba menetralkan deru nafasnya yang memburu.
Dan tak lama kemudian, akhirnya lift itu berhenti bekerja. Kedua mata Rellona masih terpejam karena merasa begitu tak yakin untuk melihat tempat tujuannya. Sampai pada saat sebuah bunyi yang menandakan pintu lift akan terbuka, gadis itu mencoba perlahan membuka kedua matanya.
Gagal.
Rellona masih berada di negara sialan itu.
Lantas dengan penuh kesal, Rellona kembali menekan tombol lift lagi. Pikirnya, mungkin saja bukan lantai itu tempatnya.
Dan lagi, Rellona gagal.
Gadis itu berdecak kian sebal. Mungkinkah bukan lantai itu juga tujuannya yang benar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Life: Another World [END]
Fiksi Ilmiah[ Mystery, Fantasy, Sci-fi, & Adventure ] ❝Jika mimpi dapat membuat sebuah kehidupan yang gila, mengapa dinyatakan mutlak tidak nyata? Darimana bisa terciptanya jikalau bukan kehidupan itu benar adanya?..❞ Mengisahkan tentang beberapa pemuda yang te...