Riga mengerang. Ia merasakan sakit yang luar biasa pada kepalanya. Tangan dan kakinya sangat ngilu dan sulit digerakkan, luka dimana-mana, membuatnya tak kuasa menahan rasa nyeri yang menyeruak ke seluruh tubuhnya. Berbagai macam pukulan dan hantaman dari si Neohuman berhasil membuat tulang-tulangnya nyaris saja remuk.Ia melirik sedikit ke samping, ia baru saja menyadari bahwa ia tengah di infus, sekaligus menyadari keberadaannya yang kini tengah terbaring di atas ranjang bangsal. Pergelangan kaki dan tangannya diikat, ia tak mengerti ia akan diapakan di dalam ruangan jeruji sempit ini.
Samar-samar, Riga mendengar keriuhan di luar ruangan. Karena penasaran, ia kemudian memfokuskan pendengarannya pada perdebatan itu.
"Kau tidak punya wewenang untuk menggunakan Là Vida pada budak ilegal itu. Kita semua tahu dia bukan berasal dari dimensi ini." terdengar seorang pria dengan pemilik suara berat menegaskan kalimatnya pada lawan bicara.
Kemudian disahuti oleh suara wanita dengan tak kalah tegas. "Aku tahu. Tapi dia akan mati kalau tidak segera disembuhkan menggunakan Là Vida."
Riga sudah bisa menebak bahwa suara wanita itu adalah Prof. Lexa.
"Aku tidak peduli. Dan jangan pernah coba-coba sentuh Là Vida-ku untuk makhluk asing itu," pria itu nampak menahan emosinya. Dia menatap wanita dihadapannya dengan sorot kecewa. "kau tahu? meskipun aku sudah mengenal kau cukup lama, tapi kau tetap wanita yang aku benci hingga saat ini. Kau selalu membuat masalah, Lexa. Kapan kau akan menerima takdir kau yang sudah ditetapkan berada di dimensi ini?"
Pria itu menjeda ucapannya sejenak hanya untuk menelan ludahnya dengan susah payah. "Kau tidak akan pernah bisa pergi kemana pun, Lexa. Tentang mimpi yang kau alami, itu hanyalah sebuah ilusi yang tercipta akibat otak gilamu!"
"Lalu, bagaimana dengan Prof. Born?" Lexa menyangkal. "Bukankah dia lebih gila daripada aku?"
"Dari sekian banyaknya pemuda di dalam dimensi ini. Kenapa dia harus memilih makhluk yang berasal dari dimensi lain?" cerca Lexa seakan ia memiliki dendam pribadi yang sudah lama ia pendam.
"Asal kau tahu, tujuan Prof. Born memindahkan memorinya pada gadis itu bukan hanya sekedar untuk kembali muda agar bisa melanjutkan misi mengakhiri dunia, tapi tujuan yang sesungguhnya, adalah dia juga menginginkan keluar dari dimensi ini. Dengan cara memindahkan memorinya, dia akan tetap hidup di dalam tubuh yang berbeda. Dan dia tahu kalau semua penduduk asli dimensi ini tidak akan pernah bisa berpindah ke dimensi lain," jeda sebentar,
"itu sebabnya Prof. Born menginginkan gadis itu. Dia akan keluar dari dimensi ini dan mengikuti kemana jiwa gadis itu pergi kembali pada raganya." Lexa menjelaskan dengan begitu emosional. Seolah menyuarakan seluruh isi hatinya.
"Lalu bagaimana dengan Gric? bukankah dia sedang berada di dimensi lain? Dan .. bagaimana dengan Dona?" pria di hadapan Lexa nampak memutar otak.
"Satu-satunya cara untuk menerobos ke dimensi lain hanyalah dengan cara memisahkan raga dan jiwanya. Raga Gric masih berada di sini, hanya jiwanya yang berpindah ke dimensi lain. Dan itu hanya bersifat sementara. Jiwa Gric akan memudar secara perlahan dan kembali pada raganya akibat tarikan lintas paralel," Lexa memberi jeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Life: Another World [END]
Science Fiction[ Mystery, Fantasy, Sci-fi, & Adventure ] ❝Jika mimpi dapat membuat sebuah kehidupan yang gila, mengapa dinyatakan mutlak tidak nyata? Darimana bisa terciptanya jikalau bukan kehidupan itu benar adanya?..❞ Mengisahkan tentang beberapa pemuda yang te...