Bab 16 | Lexa dan misinya (bagian 2)

60 11 9
                                    

Prof

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prof. Lexa memang berbohong, itu adalah bagian rencana dari misinya.

Mengulas masa lalu, sejak saat wanita itu terus didatangkan mimpi yang selalu sama setiap malam, sejak itu, ia mulai mencari-cari dimana asalnya dunia mimpi itu. Lexa lantas memulainya dengan mati-matian bersekolah untuk belajar ilmu teknologi hingga belajar mengembangkan mesin-mesin yang akan ia jadikan bahan percobaan menuju dimensi mimpinya.

Lexa begitu terobsesi dengan mimpi anehnya itu. Karena sejujurnya, ia tak pernah merasa sebahagia apapun sebelumnya meski hanya di dalam sebuah mimpi. Ia sangat menginginkan mimpi itu menjadi tempatnya hidup secara nyata.

Singkat kemudian, sepanjang dalam perjuangannya, akhirnya ia menemukan titik terang yang dimana ia mampu mengembangkan sebuah tabung untuk berteleportasi ke dimensi lain.

Namun sayangnya, mesin itu belum ditemukannya cara bagaimana mengendalikan untuk mengembalikan orang yang jiwanya telah berteleportasi, dengan kata lain objek tersebut hanya akan dapat kembali dengan sendirinya oleh tarikan lintas pararel. Dan tentunya tidak ada yang tahu berapa lama perkiraan objek tersebut dapat kembali. Satu tahun? dua tahun? atau bahkan sepuluh tahun ke depan? Tidak ada yang tahu kepastian mengenai hal tersebut.

Meskipun begitu, wanita itu tetap bersikeras melakukan uji coba. Tentu saja Lexa tidak melakukan percobaan pada dirinya sendiri, ia meminta dua orang pada Prof. Born untuk dijadikan objek percobaan. Yaitu Gric, dan juga Dona.

Sebulan setelah masa percobaan, Gric yang terus saja mengirim banyaknya benda-benda diluar sana, jadi tak heran Basecamp memiliki nuansa yang berbeda dari tempat lainnya. Sampai dimana Lexa meminta mengirimkan manusia, dan datanglah empat pemuda secara bertahap. Pertama Riga, Gena, Dozi, kemudian Drey.

Lexa sempat kewalahan, karena adanya empat pemuda itu, suasana menjadi riuh, tak terkendali, bahkan beberapa dari mereka mencoba melarikan diri. Untungnya, Lexa telah merancang ruangan itu sedemikian rupa. Sehingga ia tak terlalu mengkhawatirkan hal tersebut.

Namun tetap saja, hal tersebut membuat rencananya terhambat dan hampir kacau karena ulah para pemuda itu.

Lexa akhirnya memutuskan untuk menghapus seluruh ingatan mereka dengan suntikan serum. Meski sempat dilarang oleh Prof.Born karena pria itu menginginkan ingatan para pemuda itu, namun Lexa dengan upaya cerdiknya berhasil menyusun strategi dengan baik. Wanita itu tetap akan menghapus ingatan mereka. Sebagai gantinya, Lexa akan meminta Gric mengirimkan satu manusia lagi.

Saat Lexa hendak menyuntikkan serum pada pemuda-pemuda itu dengan dalih agar tetap aman berada disana, Riga seketika menangkap dua orang yang tengah berada di dalam tabung transparan berisi air, keduanya ditenggelamkan dengan sebuah alat di kepala, melihat dengan kedua maniknya yang bergetar pada celah pintu yang terbuka setengah, tepatnya pada salah satu ruangan yang berada di sudut.

Melihatnya dengan keadaan sangat memprihatikan, pemuda itu tiba-tiba dilanda ketakutan. Perspektifnya, ia pikir dengan menyuntikkan serum tersebut, akan dijadikan seperti dua orang itu.

Crazy Life: Another World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang