"Lo tau nggak? kata Runa, Castità cocok buat lo." Gena berujar sembari menopang tangannya di sebelah pundak Riga dengan diiringi tawa ringan.Riga ikut tersenyum bercampur rasa malu setelah mendengar penjelasan tentang apa itu Castità.
"Buat gue?" ia memastikan lagi karena itu terdengar lucu baginya.
Gena mengangguk. "Coba kalo lo ada di sana, pasti lo bakal tau gimana watadosnya Runa waktu bilang itu."
Riga hanya menggeleng tak habis pikir. Tapi sungguh, ia tak bisa menghentikan kedua sudut bibirnya yang terus spontan tersenyum. Membayangkannya saja ia sudah dibuat tersenyum-senyum. Apa jadinya jika ia menyaksikan secara langsung wajah polos gadis itu.
"Lo kemana seharian ini?" Dozi menghampiri kedua temannya yang tengah mengobrol asik. Ia membawa beberapa mie instan yang telah dimasak dengan beberapa minuman di atas nampan.
"Coba kalo lo ada, pasti Be Fast gue laku." imbuhnya lagi.
Riga mengulum bibirnya. Ia merasa bersalah telah menghilang tanpa kabar dihari yang sangat penting. Tapi bagaimana pun juga, Riga tetap harus melakukan tugasnya itu secara diam-diam.
"Sorry.." hanya itu yang mampu Riga utarakan.
"Tapi apa hubungannya barang lo bisa laku kalo gue ada di sana?" kening Riga mengerut tak paham.
Dozi hanya menyeruput mie-nya, tak menghiraukan pertanyaan yang baginya tak harus dijawab itu. Ia melirik Riga sekilas yang masih setia menunggunya untuk menjawab. Alih-alih sibuk menyeruput mie, Dozi akhirnya menyenggol Gena.
Karena Gena memahami maksud Dozi, ia pun yang menjawab. "Lo kan ganteng." pria itu meraih mangkuk dan mulai manyantapnya.
"Lo itu cocok dipejeng di depan toko dagangan. Apalagi kalo sambil nawarin yang lewat." tambahnya sembari membidik wajah Riga dengan jemarinya dari beberapa sudut.
"Lo pikir gue sales tanah abang?" Riga melirik tajam. Alih-alih merasa tak terima, ia melontarkan gurauan.
"Tanah abang? apaan itu?" Dozi seketika menghentikan aktivitas makannya.
"Abang lo punya tanah?"
Seperkian detik, Riga terdiam, ia tergugu. Gawat, ia lupa bahwa ingatan teman-temannya telah dihapus. Mana mungkin keduanya ingat dengan apa yang ada di dimensi asal mereka.
"Lo punya abang?"
"Kok, lo bisa tau kalo lo punya abang?"
"Abang yang ada di dimensi asal kita kan?"
"Ingatan lo udah balik?!"
Dozi dan Gena terus melontarkan pertanyaan secara bertubi-tubi. Sementara Riga terus terdiam seribu bahasa, ia tak tahu apa yang harus ia katakan, otaknya seketika dipenuhi rasa sesal sebab mulutnya telah kelepasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Life: Another World [END]
Science Fiction[ Mystery, Fantasy, Sci-fi, & Adventure ] ❝Jika mimpi dapat membuat sebuah kehidupan yang gila, mengapa dinyatakan mutlak tidak nyata? Darimana bisa terciptanya jikalau bukan kehidupan itu benar adanya?..❞ Mengisahkan tentang beberapa pemuda yang te...