Gue harus ngapain?
Itulah satu-satunya yang ada di dalam pikiran Rellona setelah Riga memutuskan tempat yang dimiliki Prof. Lexa telah jatuh di tangannya. Gadis itu bingung, apa yang harus ia mulai? bahkan pengetahuan saja ia tidak punya.
Rellona hanya terus menatap dilema pada kedua orang yang berada di dalam tabung itu, bagaimana bisa ada orang yang tega melakukan penelitian macam ini, malang sekali nasibnya.
Seperdetik kemudian, tersirat di dalam pikirannya mengulas kembali kejadian ketika ia pun di paksa memasuki tabung misterius. Tunggu, bola mata gadis itu seketika melebar, ia teringat sesuatu.
Gadis itu mengerutkan dahi. Betapa ia masih ingat jelas dengan benda yang ada di hadapannya itu. Tabung itu.. persis seperti tabung yang kala itu Rellona dipaksa masuk oleh Prof. Born.
Seluruh alatnya hampir serupa, hanya saja yang membedakannya adalah benda yang di hadapan Rellona menggunakan air, sedangkan yang ia alami kala itu tidak. Gadis itu mundur beberapa langkah dengan perasaan tak percaya. Heran, bingung, dan takut menjadi satu. Perasaan macam apa ini? mengapa benda yang ada di ruangan ini terasa terhubung dan memiliki ikatan dan berkaitan dengan ruangan yang ada di Grid f5.
Jantung Rellona mulai berdegup kencang.
Untuk sesaat, ia memilih untuk terduduk di kursi yang terletak di ujung ruangan. Dengan beberapa komputer di atas meja dan layar monitor yang menggantung di depannya, ia sudah yakin bahwa yang kini Rellona tempati adalah dimana Prof. Lexa melakukan renungan dengan sejuta ide-idenya.
Gadis itu menunduk, memijat pelipisnya dengan kedua tangan, lalu menghembuskan beberapa kali nafas panjang. Kepalanya mulai terasa pening, ia mencoba rileks dan mengusir pikiran yang sempat mengganggunya itu.
Sejenak gadis itu mencoba untuk terpejam sesaat, kemudian ia meluruskan kakinya yang sedari terasa tak tenang. Sejurus kemudian, ia merasa ada yang ganjal pada kakinya yang ternyata satu kakinya tak bisa sepenuhnya lurus. Benar, ternyata ada benda yang menghalanginya. Lalu ia pun beralih membungkukkan badannya untuk melihat benda apa yang berada di bawah sana, lebih tepatnya yang berhasil membuatnya penasaran.
"Brankas?" gumamnya heran. Gadis itu menyipitkan kedua matanya untuk memastikan bahwa yang ia lihat tidaklah salah.
Benda kotak yang lumayan cukup berat itu berhasil Rellona raih dan meletakkannya di atas meja. Ia meniup setiap sisi permukaan benda itu karena kilap brankas begitu terhalang oleh debu yang lumayan cukup tebal, bahkan nyaris membuat hidung gadis itu tersendat.
Masih bingung, Rellona tak mengerti bagaimana cara membuka benda itu. Tidak ada tombol untuk memasukkan password, atau pun gembok yang menguncinya. Ia hanya melihat ada satu lubang. Sebuah cekungan yang melingkar tak begitu dalam, itu terasa tak asing jika dilihat lekat-lekat.
Beberapa menit berlalu, Rellona masih berusaha berpikir. Kemudian tertegun. Sepertinya ia mengetahui sesuatu.
Gadis itu pun beralih melepaskan arloji di tangan kirinya. Tanpa basa-basi, ia menempelkannya pada brankas itu, lalu diputarkan. Dan yap! ternyata lubang itu sama dengan bentuk dari arloji milik Prof. Lexa. Sepertinya, wanita cerdik itu memang telah merancangnya sedemikian rupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Life: Another World [END]
Science Fiction[ Mystery, Fantasy, Sci-fi, & Adventure ] ❝Jika mimpi dapat membuat sebuah kehidupan yang gila, mengapa dinyatakan mutlak tidak nyata? Darimana bisa terciptanya jikalau bukan kehidupan itu benar adanya?..❞ Mengisahkan tentang beberapa pemuda yang te...