Rellona langsung pergi ke kediamannya untuk mengambil arloji, lantas berteleportasi ke Basecamp.
Setelah pertemuan singkat dengan Prof. Born, kini ia pulang dengan berhasil menemukan sebuah clue yang bahkan ia sudah yakin kalau Riga berada di Grid 5f. Namun, masih belum jelas kepastiannya mengapa dia bisa berada di sana. Bahkan jika dikatakan dia ditahan oleh anggota Triple Zero, tidak mungkin Riga sesantai itu berkeliaran di sana. Akan ada banyak pengawal atau alat pelindung yang ia kenakan kalau benar ia sedang ditahan. Hal itu masih menjadi pertanyaan besar bagi Rellona.
Sesampainya ia di Basecamp, ia langsung disambut oleh ketiga temannya. Mereka segera menghampiri gadis itu dengan air wajah penuh tanya sekaligus khawatir, khawatir kalau Rellona diapa-apakan saat berada di sana.
"Lo aman kan?"
Rellona mengangguk bersamaan dengan ekspresi wajah yang masih berusaha berpikir keras untuk menyampaikan point dari rencana pertamanya yang beberapa menit lalu telah terlaksanakan.
Menunggu Rellona membuka suara, Drey semakin memajukan wajahnya dengan rasa penasaran yang kian semakin menyeruak. "Gimana?" tanyanya tak sabaran.
"Gue minta bantuan Prof. Born untuk cari Riga." akhirnya gadis itu bersuara.
"HAH?!"
Serempak mereka bertiga terkejut sedetik setelah mendapat jawaban dari Rellona. Meski hanya spontan ketiganya bereaksi yang sama, namun mereka sangat tahu betul bahwa maksud dari kalimat Rellona tentu adalah sesuatu yang buruk untuk dinyatakan sebuah kabar. Karena pasalnya, Prof. Born maupun Triple Zero adalah targetnya dalam misi, namun gadis itu malah meminta salah satu dari keduanya untuk diajak bekerja sama. Ibaratnya, seperti —kau ingin melakukan penyerangan terhadap musuh, namun kau memberitahu musuh bahwa kau akan menyerang—. Itu juga sama saja halnya dengan mengajak mereka untuk berperang.
"Kita itu mau ngambil Riga dari mereka, Runa! Kenapa lo bisa-bisanya bilang minta bantuan ke mereka untuk temuin Riga?" Gena mengalihkan pandangan sesaat sembari memijat pelipisnya.
Rellona meringis dengan rasa bersalah. "Gue tau!" serunya, "Tapi bapak tua itu nggak bisa semudah itu buat di manipulasi.."
"Kacau!" Drey menjauhkan diri.
"Seharusnya gue nggak nyuruh lo buat bertindak, gue nyesel." Dozi melengos sinis dengan penyesalannya.
Mendengar itu, tentu saja membuat Rellona tersinggung. "Apa? nyesel?" gadis itu menghampiri Dozi dan menarik pudak pria itu yang tengah berjalan dengan keangkuhannya. "Lo sadar nggak barusan yang lo bilang itu juga salah? tolol!" semburnya merasa tak terima.
Dengan spontan, Dozi menampar pipi gadis itu. Hal ini di luar kendalinya.
Meski memang ia menyadari tindakannya itu. Sangat di sayangkan bahwa Dozi adalah pria yang tak bisa mengontrol diri jika sudah emosi. "Seharusnya gue sejak awal emang udah usir lo, dasar cewek nggak guna!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Life: Another World [END]
Ficção Científica[ Mystery, Fantasy, Sci-fi, & Adventure ] ❝Jika mimpi dapat membuat sebuah kehidupan yang gila, mengapa dinyatakan mutlak tidak nyata? Darimana bisa terciptanya jikalau bukan kehidupan itu benar adanya?..❞ Mengisahkan tentang beberapa pemuda yang te...