[ Mystery, Fantasy, Sci-fi, & Adventure ]
❝Jika mimpi dapat membuat sebuah kehidupan yang gila, mengapa dinyatakan mutlak tidak nyata? Darimana bisa terciptanya jikalau bukan kehidupan itu benar adanya?..❞
Mengisahkan tentang beberapa pemuda yang te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sayup-sayup setengah sadar. Dalam keadaan telanjang tanpa kain sehelai pun, Rellona merasa tubuhnya melayang.
Rupanya, tubuhnya diangkat menuju peti inkubator besar. Kemudian ia merasakan beberapa orang mulai mengerumuninya dengan alat-alat yang dibawanya. Selang dan alat pernafasan mulai dipasang, pergelangan tangannya di ikat sembari dilakukan infus di beberapa sudut aliran darah, dadanya pun di tempelkan beberapa alat Elektrokardiografi untuk mengevaluasi fungsi jantung. Selesai memasangkan, orang-orang yang tengah mengelilingi Rellona menegakkan tubuhnya, lalu menoleh kebelakang seolah menyampaikan bahwa mereka telah selesai dengan tugasnya, dan sudah siap untuk dilakukan 'operasi'.
Di penghujung kesadaran, terakhir yang Rellona lihat, adalah seorang perawat tengah menyuntikkan sebuah cairan pada botol infus. Setelahnya, gadis itu terpejam, hilang kesadaran.
Begitu pula dengan si pria tua, Prof. Born. Juga sama dilakukan persiapan seperti Rellona.
Keduanya lantas di masukkan pada sebuah mesin besar yang berukuran hampir memenuhi setengah ruangan, diletakkannya tubuh keduanya secara berlawan arah —dengan menyatukan posisi kedua kepalanya bersebelahan. Secara samar kepala mereka nyaris seperti bersentuhan, namun nyatanya tidak, ada sebuah benda yang membatasi, yaitu sebuah layar monitor transparan, yang rupanya adalah bagian terpenting dan akan berguna untuk memindahkan memori Prof. Born pada ruang memori Rellona.
"Semuanya sudah siap. Kita bisa memulainya," ujar Zeed.
Lain meng-iyakan, Weeg—sang rekan justru mengangkat telapak tangannya seolah menghentikan aksi temannya yang sudah berancang memulai.
"Tunggu sebentar," kedua alis Weeg mengkerut dalam. Lelaki itu nampak mengamati layar monitor dengan kepala mendelik merasa sesuatu yang mengganjal pada apa yang tengah diperhatikannya. "Susunan memori Runa mendadak berpencar tak beraturan." sambungnya mulai cemas.
Zeed bergegas beralih pada layar monitor di sebelah kirinya, ia langsung mengecek sesuatu dengan raut wajah yang sama cemasnya. Karena seingatnya, susunan memori gadis itu sudah tersusun rapi bahkan melalui pengecekan lebih dari tujuh kali. Terlihat dari layar besar di hadapannya, Zeed membuka salah satu program di sana, memastikan beberapa sistem imun tubuh dan melakukan pengecekan pada syaraf yang menghubungkan dengan saluran otak. Pria itu mengamati dengan teliti, barangkali ada sesuatu yang memasuki tubuh gadis itu tanpa sepengetahuan mereka.
"Tidak ada sesuatu yang aneh masuk ke dalam tubuhnya." Zeed akhirnya bersuara setelah beberapa menit terdiam berfokus diri.
"Apa kau sudah memastikan kalau Runa sudah berada dalam penanganan bius total?" Aied memastikan kembali. "Siapa yang melakukan penyuntikkan bius totalnya?"
Weeg terhenyak. "Seorang perawat dari luar. Salah satu dari orang yang ikut berpartisipasi dalam project ini."