Rellona langsung menarik kaki Neohuman saat pertahannya terlepas dari genggaman, dia terjatuh cukup keras, kepalanya juga ikut membentur lantai dengan suaranya yang cukup -ah, semua yang menyaksikannya pun ikut meringis ngilu.
Rellona berteriak. "CEPAT BAWA RIGA KE DALAM!!" ia menunjuk ke sebuah lorong menuju ruangan khusus Prof. Born, menggunakan gerakan kepala. Gadis itu meringis menahan amukan Neohuman. Bersamaan dengan itu, ia agak merasa aneh, tubuhnya yang semula lemas, entah kenapa kini ia begitu kuat dan segar seketika. Sepertinya, serum daya di tubuhnya telah bekerja.
Drey dan Gena langsung membopong tubuh Riga dengan susah payah, berjalan menuju ujung lorong.
Sementara Dozi, ia menghampiri Rellona. Pria itu menginjak-injak kepala Neohuman dengan sangat brutal. "Mati. Mati. Mati lo, anjing!"
Sayangnya, perlakuan tersebut tak kunjung membuat manusia tiruan itu terkalahkan. Dia masih memberontak. Pertahanan Rellona mulai semakin tak terkendali, ia mengernyit menahan rasa sakit, lalu menoleh ke atas -lebih tepatnya pada Dozi, memberi isyarat seolah mengatakan 'harus bagaimana?'.
Dengan cepat tanggap, Dozi mendapatkan sebuah ide. Ia segera membuka jas hitamnya, kemudian melucuti kemeja putih yang sudah dipenuhi berbagai noda. Pria itu dengan cekatan langsung merobeknya, membagi beberapa bagian dengan memanjang, lalu di sambungkan. Ia membuat tali.
Dozi mengikat kedua kaki dan tangan Neohuman itu sedemikian erat. Melilitkannya dengan sekuat tenaga, yang seolah mampu membuat tulang-tulangnya ikut patah. Dengan rasa penuh dendam kesumat, Riga melilitkan hingga wajah, menutupi seluruh lubang pernapasannya, terutama mulut dan hidung. Mampus.
Dirasa sudah cukup tak lagi bisa melawan, Dozi dan Rellona berdiri, menghembuskan nafas lega, tersenyum dengan rasa kepuasan. Meskipun si Neohuman terus bergeliat, namun keduanya tetap membiarkannya karena ikatan itu telah mampu membuatnya tak akan bisa terlepas. Mereka lantas pergi menyusul Drey, Gena dan Riga.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Dozi seraya mereka berlari.
Mulutnya sangat gatal untuk bertanya tentang keadaan gadis itu yang kini terlihat dimata Dozi seperti seorang pasien yang akan melakukan operasi. Baju putih selutut, yang diikatkan oleh kedua tali yang didesain menyambung dengan kain dari pakaian itu, terikat di sisi pinggangnya yang masih terlihat longgar. Dozi tidak bisa berbohong kalau ia sudah memastikan bahwa Rellona tak memakai pakaian dalam lagi selain hanya kain putih itu.
Gadis itu menggeleng. "Nggak apa-apa." jawabnya dengan senyuman simpul.
Entah mengapa, dengan melihatnya tersenyum, membuat Dozi ikut pula tersenyum.
***
Rellona mematikan akses sinyal pada ruangan khusus milik Prof. Born. Ia juga menghancurkan mesin tanda pengenal yang biasa digunakan untuk membuka pintu ruangan. Rellona tak peduli sekalipun tindakan tersebut membuatnya tak akan bisa keluar dari ruangan itu, toh ia mempunyai arloji, kapanpun dan di mana pun ia bisa menghilangkan diri. Tapi itu nanti, Rellona beserta ketiga temannya tak bisa membawa Riga pergi ke Basecamp dengan keadaan seperti itu. Dia harus disembuhkan terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Life: Another World [END]
Science-Fiction[ Mystery, Fantasy, Sci-fi, & Adventure ] ❝Jika mimpi dapat membuat sebuah kehidupan yang gila, mengapa dinyatakan mutlak tidak nyata? Darimana bisa terciptanya jikalau bukan kehidupan itu benar adanya?..❞ Mengisahkan tentang beberapa pemuda yang te...