Bab 32 | 30 menit yang lalu

66 12 13
                                    

(notes; sebelum memulai, harap membaca ulang kembali judul bab)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(notes; sebelum memulai, harap membaca ulang kembali judul bab)

.

Riga bergeliat, ia terjatuh.

Pria itu meringis, merasa tubuhnya seakan jatuh dari ketinggian satu lantai. Tapi kenyataannya, tepat ketika membuka mata, rupanya ia hanya terjatuh dari lantai sofa. Riga berusaha mencoba berpikir, otaknya mendadak seperti kaset kusut yang tak sepenuhnya terputar dari semua peristiwa yang terekam oleh otaknya. Sakit yang luar biasa di tempurung belakang kepalanya—hingga leher ke pundak, menghambatnya untuk mengingat atas kejadian yang sekiranya mampu menjawab satu pertanyaan di otaknya, yaitu; bagaimana ia bisa berada di Basecamp?

Ia kemudian mencoba beranjak, beralih merangkak ke ruang makanan, mengambil satu kaleng minuman soda, lalu terduduk di bangku pantri. Pria itu meneguknya sembari mengusap tengkuknya yang terasa seperti benjol besar. Wajah yang mengernyit menahan sakit pun tak kunjung pudar sejak ia tersadar beberapa menit lalu.

Saat tersadar bahwa sunyi menyapa, hanya suara kelontang dari kaleng soda saat berhasil di tenggak habis, ia pun mulai menyadarinya.

Pria itu menelan sisa-sisa minuman soda yang berada di dalam mulutnya dengan segera seraya kedua alisnya mengkerut, beberapa potongan peristiwa kini telah berhasil memasuki pikirannya, ingatannya mulai pulih, hingga sampai ia menyadari bahwa teman-temannya.. sedang dalam bahaya.

Riga terperanjat —langsung berdiri. Teringat jelas bahwa saat itu, ia bertemu ketiga temannya di bungker isolasi, teman-temannya yang super nekat membobol dinding baja hingga tak mempedulikan tubuhnya yang berpeluh darah dimana-mana. Riga juga ingat, setelah itu ia bersama-sama mencari Rellona. Lalu menemukannya, dan.. Riga memaku di tempat, ia ingat betul bahwa ia dihabisi oleh Neohuman saat menghampiri Rellona. Sisanya, ia menggeleng samar. Kehilangan kesadaran saat itu membuatnya tidak tahu apa yang terjadi setelahnya sampai ia bisa berada di Basecamp saat ini.

Namun satu hal yang berhasil membulatkan tekadnya, ialah ia harus segera pergi ke Grid f5. Riga menghamburkan diri, segera bersiap untuk berteleportasi.

Tapi saat langkahnya baru saja tiba di ruangan utama, suara gemuruh serta dentuman yang sangat kencang menyeruak gendang telinganya. Seolah mengusiknya, dan memaksa Riga untuk dialihkan, ia menoleh ke sudut ruangan —pada sumber suara, lebih tepatnya pada ruang pribadi Prof. Lexa. Samar-samar pun, ia mendengar seperti seseorang berteriak yang meredam, seolah mulutnya terisi penuh oleh sesuatu. Pikirnya pun langsung menangkap dua pertanyaan; siapakah, dan apa yang terjadi di sana?

Riga sontak bergegas menghampiri dengan segudang rasa penasaran. Sesampainya, tubuh pria itu seketika terhenti tepat di hadapan 2 tabung besar. Ia terkejut, mematung di tempat kala mendapati Gric dan Dona tengah memberontak berusaha melepaskan dari dalam tabung. Genangan air yang menyelimuti tubuhnya mulai membuat keduanya kesulitan bernafas. Sorotnya meminta pertolongan setengah mati.

Crazy Life: Another World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang