"Welcome to.. Grid f5.."
Begitu Rellona membuka kedua matanya, gadis itu sudah di suguhi oleh pemandangan Prof. Born yang kini berdiri di hadapannya. Terlihat pria yang diperkirakan berumur 75 tahun itu, tengah berada di dalam sebuah ruangan yang cukup besar, dengan dinding serba putih, Rellona melihat dia kini merentangkan kedua tangannya seolah memperkenalkan dengan bangga akan ruangan itu.
Sebuah dinding kaca yang membentang di hadapannya kini, gadis itu dapat melihat dengan jelas senyum lebar itu yang terpancar di wajah Prof. Born. Apakah kehadirannya membuat pria itu amat sangat senang? Seperti dia merasakan cukup lega karena rencananya seakan berjalan dengan lancar. Rellona tidak bisa memastikan dengan jelas apa arti senyuman itu.
Prof. Born melambaikan tangannya seperti meminta Rellona untuk menghampirinya. Kaca besar yang semula membatasi antar ruangan dengan Prof. Born dan Rellona, kini membelah menjadi dua, sebuah dinding kaca itu perlahan menghilang layaknya ditelan oleh bayangan yang seakan membuka jalan untuk Rellona, hingga tak perlu repot-repot mencari pintu masuk. Dan tanpa berpikir panjang, gadis itu pun melangkah dengan berani. Keberaniannya yang saat ini membawa rasa penasarannya akan sebuah Grid ini, dan mengapa tempat ini begitu tertutup hingga ia sulit memastikan apakah benar ia kini berada di Grid teratas?
"Bisakah kau jelaskan apa motifnya mengundangku ke tempat ini?" Rellona melipatkan kedua lengannya di dada. Kepercayaan dirinya meningkat kala melihat ruangan itu sama sekali tidak ada yang mencurigakan atau membuatnya merasa terancam.
"Aku pikir di sini akan ada acara pertemuan besar-besaran dengan orang-orang penting negara. Tapi ternyata.. kosong." Rellona mulai menelusuri ruangan itu. "Hanya dinding putih? Sama saja seperti dinding di rumahku yang kumuh itu.. walaup–"
"Tepat sekali!" Prof. Born menjentikan jarinya memotong ucapan gadis dihadapannya. Pria tua itu tersenyum lebar kala Rellona menoleh ke arahnya. "Rupanya kau memiliki ingatan yang bagus." katanya penuh yakin.
Rellona mengedikan kepalanya bertanya-tanya. "Ingatan?" ujarnya dalam hati.
Sekali lagi, Prof. Born tersenyum. "Aku kira, ingatan kau telah hilang karena lintas paralel. Namun rupanya kau cukup bisa diandalkan hingga tak terjadi kendala apapun ketika menuju kemari."
"Terima kasih telah memulainya dengan amat sangat baik. Kau sungguh menawan saat keberanian itu tidak lagi ragu untuk diutarakan" pria itu menjeda lagi.
"Kau benar-benar wanita yang selama ini aku harapkan.. jadi.. aku dengan senang hati akan segera memulainya."
Memulai? Rellona seketika merasa was-was. Keberaniannya yang sejak tadi bergejolak, kini lenyap ditelan senyuman pria tua itu. Ia baru menyadari betapa mengerikannya senyuman itu yang kini seolah tiap detik terukir di wajah keriputnya. Sebenarnya, apa yang telah dia rencanakan?
"Kalau begitu, ikuti aku."
"Kemana?" Rellona langsung menyela.
"Kau mengatakan ruangan ini kosong, kalau begitu sebaiknya kita berpindah tempat saja. Jangan tanya kemana, jelas saja ke tempat istimewa yang paling indah. Yang bahkan kau tak akan pernah menemukan di mana pun selain di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Life: Another World [END]
Science Fiction[ Mystery, Fantasy, Sci-fi, & Adventure ] ❝Jika mimpi dapat membuat sebuah kehidupan yang gila, mengapa dinyatakan mutlak tidak nyata? Darimana bisa terciptanya jikalau bukan kehidupan itu benar adanya?..❞ Mengisahkan tentang beberapa pemuda yang te...