ARAKHA_17. Kisah hidup Ayyara.

440 17 0
                                    

"Tapi emang dari dulu Ayyara ngga pernah di angap, bahkan gue aja abang kandung nya ngga anggap dia sebagai adek kandung gue," ucap Arsen mencoba menahan butiran air mata yang akan keluar dari pelupuk mata nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tapi emang dari dulu Ayyara ngga pernah di angap, bahkan gue aja abang kandung nya ngga anggap dia sebagai adek kandung gue," ucap Arsen mencoba menahan butiran air mata yang akan keluar dari pelupuk mata nya.

"Itu semua berawal dari kejadian pas dia masih kecil,"

𝐅𝐋𝐀𝐒𝐇𝐁𝐀𝐂𝐊 𝐎𝐍

"Mamah, Aya mau itu." Rengek gadis kecil berumur lima tahun lebih, namun sang mamah tak menghiraukan rengek kan anak nya. Justru sang mamah hanya fokus kepada garis kecil berumur satu tahun.

"Mamah, Aya mau itu!" Rengek nya kembali, tangan mungilnya mencoba merebut mangkok yang berisi bubur yang berada di tangan mamah, "lu bisa diem ngga sih, PEMBUNUH!! Biasa nya nyusahin!!" Sarkas wanita itu.

Gadis kecil bernama lengkap Ayyara, seketika diam mendengar bentakan dari sang mama. Padahal untuk seumuran diri nya tidak tau, apa itu pembunuh?

𝐅𝐋𝐀𝐒𝐇𝐁𝐀𝐂𝐊 𝐎𝐅𝐅

"Jadi maksud lo, Ayyara pembunuh?!" Tanya Rakha penuh penekanan, Arsen hanya menggelengkan kepala nya sebagai jawaban. Sebelum ia mengatakan lebih lanjut.

"Dulu Ayyara itu punya kembaran yang namanya Ayra Ayafira, tapu. Adek gue meninggal, saat lagi main sama Ayyara. Ayra itu bisa di bilang selalu ceria, senyum dia sangat manis. namun, saat dia umur tiga tahun. Ayra meninggal."

"Ayra meninggal saat dia main sama Ayyara." Lanjut Arsen sudah tidak bisa membendung air mata nya lagi.

𝐅𝐋𝐀𝐒𝐇𝐁𝐀𝐂𝐊 𝑂𝑁

"Aya, atu mah adak kamu ain." Ucap gadis kecil kepada saudara kembar nya, "ayu! Aya mau ain cama kakak!" Jawab Aya dengan gembira. Mereka berdua adalah saudara kembar yang sangat identik, yang membedakan merekam hanya kecerian nya.

"Ain bola plojen ya." Ayyara hanya mengangguk ceria, kedua anak kembar itu bermain bersama di halaman rumah yang cukup luas. Namun tidak ada pagar untuk menghalangi halaman rumah, dan jalan raya.

Permainan sangat seru, bola yang mereka mainkan terlempar sana sini. Tanpa di sengaja, Ayyara melempar terlalu jauh dari jangkauan. Bola itu terlempar ke arah jalan, Ayra yang melihat bola mereka terlempar ke arah jalan. Dengan rasa gembira ia berlari menuju ke tempat bola.

Saat berhasil mendapatkan bola dan ingin kembali, dari arah kanan terdapat mobil putih dengan kecepatan penuh. Sekali hantaman, tubuh mungil Ayra terpental cukup jauh. Sementara mobil putih tetap melaju.

Bola yang di pegang Ayra terlempar tepat di depan Ayyara, gadis kecil berumur tiga tahun itu terdiam membeku melihat darah yang mengalir dari kepala sang kakak. Dengan air mata yang mengalir, Ayyara berlari masuk ke dalam rumah untuk memanggil sang mama yang sedang hamil.

"Mamah! Kaka. Kakak ke tablak," adu Ayyara dengan tangisan. Bagai tersambar petir, tubuh Cinta seketika membeku. Arsen yang sedang menonton televisi, seketika berlari lebih dulu ke arah luar.

ARAKHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang