ARAKHA_26. Takut

343 17 0
                                    

Saat ini, sekolah Gianda masih sangat ramai, banyak yang sedang berfoto, ada juga yang nangis sambil meluk ke temennya, dan masih banyak lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ini, sekolah Gianda masih sangat ramai, banyak yang sedang berfoto, ada juga yang nangis sambil meluk ke temennya, dan masih banyak lainnya. Saat ini Rakha dan Ayyara sedang berdua di salah satu taman sekolah, "Cie, yang dapet peringkat satu," ucap Rakha, mencoba menghibur Ayyara.

"Tapi Aya ngga seneng dapet peringkat satu." Lirih gadis itu, menunduk. Ayyara memang mendapatkan peringkat pertama, namun dia tidak merasa bahagia mendapatkan peringkat pertama. Mendengar ucapan Ayyara, Rakha mengerutkan keningnya, "kenapa tidak seneng?"

"Karena mau Aya dapet peringkat satu atau peringkat sepuluh, tetep aja mamah sama papah dan semua orang ngga bakal peduli sama Aya, sampe kapanpun itu." Jawab Ayyara, pandangannya masih menunduk.

Ayyara memang sudah banyak cerita kepada Rakha tentang keluarga nya, hanya Rakha yang menurut Ayyara yang bisa menjadi pendengar yang baik. Bagi Ayyara, Rakha adalah rumah keduanya setelah rumah pertama hancur tanpa sisa. Hanya kepada Rakha, Ayyara bisa terbuka.

"Tenang, masih ada saya yang peduli sama kamu." Ucap Rakha, mencoba menenangkan sangat gadis yang sudah terisak, "hey, dengerin saya."

"Akha peduli kok sama Aya, Aya jangan merasa kalau ngga ada satupun orang yang ngga peduli sama Aya, oky." Ayyara mengangguk samar, "Aya takut,"

Hal yang paling Ayyara takutkan akhirnya tiba, di mana hari kelulusan bagi kelas 12, ia sangat tidak mau hari ini terjadi. Iaa ingin Rakha selalu ada di sampingnya, menemani hari harinya yang begitu pahit. Ia binggung nanti setelah Rakha lulus, ia berfikir pasti tidak ada satupun yang mau berteman dengan dia, terlebih lagi Ayyara hanya anak beasiswa, berbeda dengan anak anak lain.

"Kenapa harus takut, hm?"

"Aya takut! Kita ngga ketemu lagi,"

"Jujur saja, saya juga merasakan hal itu. Tetapi saya percaya dengan takdir, bahkan nanti kita akan bersatu." Batin Rakha, tanpa sadar ia meneteskan cairan bening, "Aya jangan takut ya, kita akan berketemu kembali. Kan Akha sudah janji sama Aya, kalau Akha mau cari Aya." ucap Rakha penuh lembut.

Ayyara yang mendengar ucapan Rakha seperti itu, mendonggak menatap Rakha dengan tatapan yang sendu, "kak Akha harus janji lagi sama Aya, kalau kita bakal terus sama-sama. Aya ngga mau kehilangan orang yang Aya sayang, untuk kedua kalinya." Ia mengulurkan jari kelingking, dan di balas jari kelingking oleh Rakha.

Rakha sedikit tersenyum, mendengar bahwa Ayyara tidak ingin kehilangan orang yang ia sayang untuk kedua kalinya. Itu berarti, Ayyara menganggap Rakha adalah yang ia sayang setelah kepergian kakak kandungnya.

"Iya janji, Akha akan selalu ada buat aya! Tetap tersenyum, seperti yang Akha kenal ya."

"Senyum dong, masa nangis. Kan kita lagi bahagia." Sebenarnya Rakha sangat ingin menghapus air mata yang sudah membanjiri pipi tirus Ayyara, namun-. Ayyara mengusap air matanya yang sudah mampu membasahi pipi, mengukir senyuman yang sangat manis. Saat itu juga, angin bertiup kencang, membawa dedaunan kering tepat di atas mereka.

ARAKHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang