ARAKHA_18. Libur+sedih.

408 17 0
                                    

"Bukan tentang keluarga, tapi tentang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bukan tentang keluarga, tapi tentang..." ucap Rakha mengantung, membuat ke-empat sahabatnya kepo, "Ayyara." Lanjut Rakha mampu membuat keempat sahabatnya itu terkejut, sontak keempat nya saling pandang satu sama lain, dengan mata mereka yang membulat sempurna.

𝖱𝖺𝗄𝗁𝖺 menundukkan kepalanya kembali setelah mengucapkan nama Ayyara, menjadi lemah lesu kembali mengingat kejadian semalam, "Ayyara?" Tanya balik Akbar di balas anggukan. Lagi dan lagi mereka ber-tiga hanya bisa saling tatap satu sama lain.

"Coba cerita Rak, bagi cerita sedih lo sama kami," ucap Pangeran dengan dewasa, inilah sisi terang Pangeran. Dia akan menjadi dewasa sesuai dengan keadaan. Pangeran tau saat ini bukan waktu untuk bercanda, apalagi Rakha sedang sedih. Tidak kemungkinan dia mem-baut lawakan di saat sahabatnya sedang sedih.

Rakha menghembuskan nafas kasar, setelah itu dia mencoba manatap satu persatu sahabatnya dengan tatapan yang masih sama, yaitu sendu dan sayu.

"Gue ngga bisa ngeliat orang yang gue cintai, menderita." Ucap Rakha dengan lesu, sondak mendegar ucapan yang keluar dari mulut Rakha. Membuat ketiga sahabatnya ini membulatkan mata mereka dengan sempurna.

Mengapa hanya bertiga? Karena Reza sudah tau jika Rakha jatuh hati pada gadis itu, "coba jelasin sama kita, kalau lu mau sih. Kita ngga maksa kok."

"Jadi... Semalem gue main ke rumah dia."

"HAH?" Sontak ke-tiga nya, namun Reza hanya diam. Karena Reza sudah tau, kalau keluarga Rakha main ke rumah Ayyara. Semalam juga keluarga Rakha mampir ke rumah nya, karena rumah Ayyara dan Reza sebelahan.

დ .•*""*• 𝐴𝑅𝐴𝐾𝐻𝐴 •*""*•.დ

Malam ini sekitar jam delapan malam, Rakha sedang berada di kamarnya, kamar yang indah dan nyaman. Namun Rakha tidak ada di dalam kamar, melaikan di balkon kamar. Mengunakan kaos oblong warna hitam, dan celana warna hitam pendek.

Duduk di bangku panjang yang depannya terdapat meja, ada secangkir jus mangga dan cemilan ringan yang menemani Rakha malam ini. Angin yang sangat dingin, menusuk kulit putih Rakha. Sementara itu, Rakha tetap acuh, pandangan dia hanya fokus ke arah depan, dengan tatapan yang sayu dan sendu.

Jus mangga sendari tadi belum di sentuh oleh Rakha, bakha makanan ringan itu saja belum di makan sama sekali oleh Rakha. Lelaki itu hanya bersenandung kecil, dengan pandangan
menatap langit malam yang di lengkapi oleh bintang-bintang dan rembulan.

'Ini, gambaran kita suatu hati nanti.'

'Set'lah sekian lama kita jalani.'

'Lewati masa-masa yang berarti.'

Entah apa yang ada di pikiran Rakha, sampai lelaki itu menyajikan lagu yang berjudul 'nanti kita seperti ini' tapi tak sampai tamat. Masih sama seperti tadi, lelaki itu terus melamun mentap kosong ke arah depan, sampai tak sadar bahwa di luar kamar. Sang papah terus berteriak dan mengetuk pintu kamar cukup keras.

ARAKHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang