27 : gelisah

2.3K 281 73
                                    

"Kita harus mengerti bahwa kesedihan adalah lautan, dan terkadang kita tenggelam, sementara di hari lain kita dipaksa untuk berenang."


B

A

R

A

Mala berjalan kearah taman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mala berjalan kearah taman. Kepalanya menunduk, rasa sakit yang dahulu ia simpan tertanam kembali. Kalian benar,

Rakha sudah baik, Rakha sudah bisa menerima hatinya, Rakha sudah bisa membuka hati, Rakha sudah tidak kasar lagi.

Tapi semua perlakuan Rakha akan membuat luka dalam Mala menjadi sembuh? Tekanan dan benturan yang dahulu orang orang berikan masih berputar di kepalanya. Mala mencoba untuk tidak bereksptasi tinggi kepada Rakha.

Yang kasar akan selalu kasar, mungkin?

Mala duduk disana sendirian. Angin berhembus kencang, ia terdiam. "Aku sayang kamu, Rakha. Tapi rasa sakit yang kamu beri lebih besar dari pada rasa sayang aku." Batin Mala.

"Kamu udah berubah, kamu baik. Tapi hati aku belum sepenuhnya pulih." Batin Mala, ia melamun menatap kosong kearah depan.

Ia berdiam disana beberapa menit. Sampai amanat dari kakanya untuk menjaga Rakha seketika terlintas di kepalanya. Buru buru ia berlari kearah ruangan Rakha.

Ceklek,

"ASTAGHFIRULLAH." Pekik Mala mendekat kearah Rakha, ia terkejut ketika mendapati Rakha terduduk di lantai dengan infusan yang sudah terlepas, hingga punggung tangan Rakha mengeluarkan darah.

Rakha tersenyum. Wajah khawatir itu tidak berubah dari dulu. Walaupun sifat gadis ini sudah berubah kepadanya.

"Berdiri, Rakha." Kata Mala,

Rakha diam. Bagaimana ia bisa berdiri? Badannya lemas, kepala dan juga punggung tangannya berdenyut nyeri. "Ga ada niatan nolongin gue?" Kata Rakha sedikit, menggoda.

Mala menghela nafas lelah, kemudian membantu Rakha berdiri dan menduduki Rakha diatas ranjang. Setelah mengurus Rakha, Mala berbalik hendak memanggil dokter untuk membantu Rakha memasangkan infusannya kembali.

Namun tangannya malah dicekal oleh Rakha. "Jangan pergi." Pinta Rakha, namun dengan cepat Mala menghempaskan tangan Rakha. Ia tidak berbicara sedikit pun, langsung melongos begitu saja.

Beberapa menit berlalu, Mala kembali bersama dokter dan dua suster. Mereka kembali memasangkan infusan di punggung tangan Rakha. Mala melihat wajah Rakha yang menahan sakit ketika jarum suntik tersebut di pasangkan di tangannya.

basmalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang