Delapan: Memori

425 33 0
                                    

Jakarta, Indonesia

FLASHBACK - SATU TAHUN YANG LALU

PAGI - RUMAH LAMA DAMAR DAN IAN - DAPUR X TEMPAT MAKAN

Aktivitas pagi hari berjalan seperti semula setelah enam bulan yang lalu keluarga ini kehilangan kepala keluarganya yaitu Papa Jusuf. Beliau meninggal dunia karena kecelakaan pesawat saat melakukan penerbangan ke Swedia, ia dinyatakan hilang dan meninggal setelah pencarian selama satu bulan di lautan lepas tidak ada hasil. Pemakaman tetap dilakukan meskipun tidak dengan jasad Papa Jusuf. Sejak saat itu juga keluarga ini berusaha untuk sembuh pelan-pelan dari duka mereka dan melanjutkan hidup.

Kini, tinggal Mama Dyah, Damar, dan Ian di rumah. Seperti biasa, mereka selalu menyempatkan untuk sarapan pagi bersama di meja makan.

"Maa, bisa minta tolong geserin ayam sama telurnya dong Ma. Ian mau." Ucap Ian dan diberikan oleh mamanya.

"Eh eh ini kebiasaan nih Ma, yang minta siapa, yang nyerobot siapa. Berantem aja sini yok." Protes Ian yang kesal dengan Damar yang menyerobot mengambil ayam dan telur.

"Ayok sini berantem, abang jabanin." Tantang Damar yang memang suka menjahili adiknya.

"Masih pagi lohh, kenapa sih perkara gitu doang aja ribut. Udah udah." Ucap Mama Dyah berusaha melerai kedua anaknya.

"Nih ayam sama telurnya, udah jangan marah lagi gitu. Abang nih juga ngga usah jahil ah." Ucap Mama Dyah adil. Damar tertawa puas melihat Ian yang masih kesal padanya.

"Udah ya mama mau berangkat kerja dulu, ada meeting sam client pagi." Singkat Mama Dyah yang berdiri mencium kening kedua anaknya dan mereka menyalami tangan ibunya.

"Jangan berantem, awas yaa. Assalamualaikum." Ucap Mama Dyah yang meninggalkan mereka berdua di meja makan.

"Iyaa, Waalaikumsalam." Jawab Damar dan Ian bersamaan.

"Oiya, kamu nanti antar-jemput Naya?" Tanya Damar.

"Iyaa, kenapa?" Ian berbalik bertanya.

"Gapapa nanya aja, yaudah nih abang juga mau berangkat dulu. Bye, Assalamualaikum." Ucap Damar sambil menghabiskan kopinya dan berpamitan dengan Ian.

"Hmm, Waalaikumsalam." Jawab Ian.

"Kalo udah gini terus gua pamit sama siapa nih." Ucap Ian.

"Ah bi, Ian udah selesai sarapan. Bi Siti sama Pak Totok jangan lupa sarapan juga yaa. Ian berangkat dulu, bi. Assalamualaikum." Ucap dan pamit Ian menyalami Bi Siti.

"Eh kok salim. Waalaikumsalam." Ucap Bi Siti kaget dengan kelakuan Ian.

"Yaa gapapa." Singkat Ian yang kemudian segera menuju ke rumah Naya.

"Ckckck, emang kelewat sopan. Pembantu sama satpam aja disalamin. Ada-ada aja." Ucap Bi Siti yang heran.

-----------------------------------------------------------

Bi Siti adalah pembantu yang sudah bekerja lama sejak Damar lahir. Jadi tidak heran jika Bi Siti sudah dianggap sebagai keluarga. Begitu juga dengan Pak Totok yang menjadi satpam di rumah keluarga tersebut sejak Papa Jusuf dan Mama Dyah menikah. Bisa dipastikan bahwa mereka sangatlah loyal dengan keluarga ini.

------------------------------------------------------------

PAGI - RUMAH NAYA

Seperti biasa, sejak Ian dan Naya pendekatan dan kemudian berpacaran, Ian sudah sering mengantar jemput Naya. Ayah dan Ibu Naya juga sangat baik terhadap Ian. Sekarang Ian sudah berada di depan rumah Naya.

LUKA LARUT MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang