Dua Puluh Sembilan: Dendam

467 28 14
                                    

Jakarta, Indonesia

SIANG - RUMAH - RUANG KELUARGA

"Iyaa. Gua tau lu hari ini lagi libur, ini gua cuma ngabarin aja. Yaudah-" Ucap Laras terpotong.

"Ngga, gua kesana sekarang. Kasih tau gua detailnya nanti." Ucap Damar yang emosinya mulai terpercik.

"Tapi kan lu lagi lib-" Ucap Laras lagi-lagi terpotong karena Damar mengakhiri panggilan mereka begitu saja.

Menyimak percakapan Damar, membuat Ian penasaran.

"Siapa bang?" Tanya Ian.

"Temen kerja abang." Jawab Damar singkat.

"Ohh, abang pasti mau pergi ya?" Tanya Ian lagi.

"Iyaa nih, gapapa ya?" Damar memastikan.

"Hmm." Gumam Ian yang sebenarnya kesal dengan memalingkan wajahnya, pasalnya Damar seperti tidak pernah libur dari pekerjaannya.

Damar menyadari bahwa ia tidak cukup menghabiskan waktu banyak dengan adiknya. Ia tahu jika Ian kesal padanya, mungkin setelah ini Damar harus lebih tegas pada dirinya sendiri. Dimana saat dia libur, memang harus libur. Namun untuk kali ini tidak bisa, ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Yaudah, abang siap-siap dulu abis itu berangkat." Pungkas Damar.

SIANG - LAPAS SELATAN - KANTIN LAPAS

Saat tiba di Lapas Selatan, ia disambut oleh Laras dan Aji yang langsung menuntunnya ke tempat kejadian perkara, yaitu kantin lapas.

Terdapat tujuh kantong mayat yang berjajar di lantai kantin lapas yang bersimbah darah. Keenam kantong telah tertutup sempurna, kecuali satu, yaitu kantong mayat Juna.

"Susah-susah nangkep, eh baru dimasukin penjara sehari aja udah mati. Payah." Ucap Damar datar sambil menutup kantong mayat Juna. Seharusnya Juna menjalani hukuman penjara seumur hidupnya, namun ternyata takdir berkata lain.

"Sekarang kasih tau gua gimana kronologinya." Lanjut Damar.

"Awalnya cuma perkelahian biasa antar napi pas makan siang, eh malah tiba-tiba jadi pembantaian." Ucap Laras.

"Dan setelah diusut ternyata, semua pelaku penusukan itu orang-orang Scorpions. Sementara semua korbannya itu anak buah 'Clairevoyant', termasuk Juna." Imbuh Aji.

"Ah repot nih kalo konflik antar sindikat kriminal gini." Keluh Damar.

"Iyaa. Tapi di sisi lain, kita sebenernya juga kebantu loh Mar." Ucap Aji.

"Kebantu gimana maksud lu?" Tanya Damar.

"Yaa kita ngga perlu repot-repot buat nangkepin sisa-sisa orang 'Clairevoyant' kalo ada Scorpions yang dengan sukarela ngabisin mereka." Jelas Aji yang membuat Damar berpikir bisa jadi ini gagasan utama dari rencana Papa Jusuf.

"Yaa sama aja nanti. 'Clairevoyant' nya abis, malah terbit Scorpions dong Ji." Sahut Laras.

"Ya caranya, kita biarin Scorpions ngabisin orang-orang 'Clairevoyant' sampe bener-bener abis dulu. Baru setelah itu kita tangkepin orang-orang Scorpions." Lanjut Aji beropini.

"Gua suka pemikiran lu. Tapi lu jangan ngide ya Ji." Ucap Damar yang tidak habis pikir dengan sahabatnya itu.

Sebenarnya apa yang dikatakan Aji ada benarnya, tidak perlu menyulitkan diri mereka untuk mencari dan menangkap sisa-sisa orang 'Clairevoyant'. Namun sebagai bagian dari penegak hukum, mereka tetap harus memproses setiap kasus sesuai dengan prosedur yang berlaku.

LUKA LARUT MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang