Jakarta, Indonesia
MALAM - TAMAN ABHIRAMA
Haru dan bahagia menyelimuti hati Aca dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca. Pria dihadapannya ini adalah satu-satunya orang yang dia percaya dan semuanya terasa mudah jika ia lewati bersamanya. Tidak ada alasan baginya untuk menolak lamaran darinya.
Di sisi lain, Damar menunggu jawaban dari sang kekasih.
"Gimana Aca?" Tanya Damar.
"Iya Damar, tentu aku mau." Jawab Aca dengan lembut.
Jawaban Aca membuat senyum di bibir Damar merekah begitu saja. Rasa lega atas kegelisahan yang kini telah menghilang dan tergantikan dengan penuh rasa syukur.
Damar kemudian meraih sebuah kotak kecil berwarna merah yang ia simpan sedari tadi dalam saku celananya.
Ya! Itu cincin.
Segera Damar memakaikan benda berkilau tersebut pada jari manis Aca. Reflek, Aca langsung memeluk Damar dengan erat. Sedangkan Damar juga membalas pelukan Aca dan membisikkan sesuatu pada telinga Aca.
"Akan aku cintai kamu secara ugal-ugalan." Bisik Damar yang mengundang tawa Aca sambil melepas pelukan Damar.
Plak!
Aca memukul gemas lengan kekasihnya.
"Aduh! Kamu ngga percaya aku bisa lakuin itu?" Goda Damar.
"Percaya Damar. Aku selalu percaya sama pria yang ngga pernah ingkar dengan ucapannya." Ucap Aca dengan senyum manis yang terukir.
"Kita hadapi semua bersama ya." Ucap Damar yang mengakhiri malam itu dengan begitu indah dan berkesan bagi pasangan tersebut.
KEESOKAN HARINYA
PAGI - RUMAH - CARPORT
Kehidupan kakak beradik ini sekarang sudah kembali seperti semula. Damar berangkat kerja dan Ian pergi ke sekolah. Damar kini sedang berada dalam mobil dan siap untuk ke markas, tiba-tiba dihadang oleh Ian. Ian berdiri menghalangi tepat di depan mobil. Aksi adiknya pagi ini cukup membuat Damar penasaran dan kemudian membuka kaca mobilnya.
"Kenapa berdiri di situ? Abang mau berangkat nih." Ucap Damar.
"Nebeng." Singkat Ian.
"Ya Tuhan, kirain kenapa. Yaudah buruan masuk." Damar mempersilahkan, lalu Ian sudah masuk dalam mobil.
Damar melajukan mobilnya menuju ke sekolah untuk mengantar Ian terlebih dahulu.
PAGI - MOBIL - PERJALANAN
Sepanjang perjalanan, Damar melihat Ian yang hanya diam melamun ke arah luar jendela mobil dengan ekspresi datar. Seperti ada yang Ian pikiran atau mungkin sembunyikan.
"Tumben bareng abang, motor kamu kemana?" Tanya Damar yang menyadari bahwa tadi motor Ian tidak terparkir di carport rumah.
"E-euh itu.. Ian service. I-iya aku service." Jawab Ian dengan gugup.
"Service? Bukannya weekend kemaren baru diservice?" Heran Damar.
"I-iya, Ian service biar makin oke." Ucap Ian.
"Beneran?" Tanya Damar memastikan.
"Iyaa bang beneran." Jawab Ian.
"Abang ngga percaya. Abang telfon bengkel langganan kita aja deh, kamu service kesana kan? Abang mau mastiin sendiri." Ucap Damar sambil meraih handphonenya.
Sontak hal tersebut membuat Ian begitu terkejut dan merebut handphone kakaknya.
"Tuh kan, kamu ngga bisa bohongin abang. Sekarang jujur sama abang, motor kamu sebenernya kenapa?" Tanya Damar yang membuat Ian terpojok dan terpaksa untuk berkata jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA LARUT MALAM
Ficción GeneralMalam yang semakin larut biasanya terasa menenangkan untuk beristirahat sejenak melepas penat dari berkegiatan sehari penuh. Namun kini larut malam justru selalu terasa menghantui setiap rentang waktu itu tiba. Itulah yang dirasakan oleh kakak berad...