Tujuh Belas: Kala

324 24 0
                                    

Jakarta, Indonesia

FLASHBACK - SORE SEPULANG IAN SEKOLAH

SORE - SAFE HOUSE BARU

Sesampainya di safe house, Ian langsung turun dari mobil dan berjalan menuju pintu utama. Disusul oleh Linda dan Teja di belakang Ian.

"Assalamualaikum abanggg. Abanggg." Ucap Ian dengan lantang namun tak ada jawaban.

"Kayaknya belom pada balik deh." Ucap Ian sambil meraih key card pintu utama safe house yang menggunakan teknologi smart door lock.

Ian, Linda, dan Teja memasuki safe house, mereka berjalan menuju ruang tengah. Namun betapa terkejutnya Ian melihat Lana dan Gio sudah tergeletak tak sadarkan diri bersimbah darah.

"IAN LARI!!!" Teriak Lana dengan sisa tenaganya memperingatkan Ian untuk menyelamatkan diri. Kondisi Lana kurang lebih sama dengan Gio.

Dor! Dor! Dor!

Tiga peluru tepat mengenai bagian perut, lengan kiri, dan leher Lana. Tentu ketiga tembakan fatal tersebut membuat Lana kehabisan banyak darah dan tewas di tempat.

Tubuh Ian seketika membeku menyaksikan hal mengerikan tepat di hadapannya. Akan tetapi insting untuk bertahan hidup mampu menggerakkan tubuhnya kembali untuk menyelamatkan diri. Ian pun berbalik badan untuk lari keluar dari safe house.

"Ettsss mau kemana Ian?" Ucap Teja menodongkan pistol dengan nada mengintimidasi Ian yang akan melarikan diri. Tak hanya itu, Linda juga menodongkan pistol di tangannya dari sisi lain. Ian tidak bisa lagi melarikan diri dengan mudah, ia telah dikepung dari sisi depan dan belakangnya.

"Angkat tangan Ian." Perintah Linda.

Ian tentu ketakutan dengan pistol yang ditodongkan padanya. Serasa trauma dejavu terulang kembali saat ini. Ian yang tidak punya pilihan lain pun menuruti perintah Linda. Ia mengangkat kedua tangannya yang seketika gemetar dan keringat dingin bercucuran.

"Jangan ada perlawanan, okey? Jangan sampe kita pake kekerasan. Tangan arahin ke depan." Ucap Linda dan Ian hanya mengangguk dengan wajah ketakutan.

"Iket dia Ja." Ucap Linda pada Teja dengan posisi yang masih sama.

Teja meraih talinya dan saat akan mengikatkannya pada tangan Ian, tiba-tiba Ian melakukan perlawanan.

Bugh!

Ian mencengkram kerah baju Teja dan menghantamkan kepalanya dengan kepala Teja. Secara postur tubuh, Ian memang lebih tinggi dan besar dari Teja. Tentu saja hantaman keras itu cukup membuat Teja kesakitan dan fokusnya teralih. Beberapa pukulan tertuju pada Teja, tak mereka sangka bahwa Ian ternyata membuat mereka kewalahan. Teja pun gagal mengikatkan tali pada pergelangan tangan Ian.

Entah apa yang merasukinya hingga memiliki keberanian untuk melawan. Dengan kemampuan beladiri seadanya, Ian berusaha menyelamatkan diri.

Tak tinggal diam, Linda pun menghadapi Ian dengan tangan kosong. Tak peduli meski Linda wanita, Ian tetap berusaha menghajarnya. Kemudian Linda melingkarkan tangannya pada leher Ian dan menaiki punggung Ian dengan berusaha melumpuhkannya. Namun dengan sekuat tenaga, Ian membanting tubuh Linda ke arah depan. Linda pun jatuh terbanting ke lantai cukup keras oleh Ian.

Bugh!

Bunyi suara tongkat baseball yang tiba-tiba menghantam kepala Ian dari belakang hingga jatuh tersungkur. Darah segar pun mengalir dari pelipis kanan Ian yang robek akibat pukulan Teja. Membentuk sedikit genangan dan bercak darah karena luka tersebut. Kepala Ian terasa amat sakit dengan pusing yang hebat. Ian memegangi kepalanya yang sedikit bocor.

LUKA LARUT MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang