Tiga Puluh Tiga: Takdir

408 33 20
                                    

Jakarta, Indonesia

PAGI - RUMAH - KAMAR DAMAR

"Berarti alasan Papa akhir-akhir ini ngilang itu buat nyiapin "kembalinya" Papa ini?" Tanya Ian dan Damar mengangguk.

"Tapi kok Papa bisa langsung masuk berita gede begini?" Lanjut Ian bertanya.

"Yaa kan dia pemegang saham utama 'The Daily News'. Jadi, yaa gampang aja kalo mau bikin berita kayak gini." Jawab Damar dengan santai, namun Ian tidak menyangka.

"Wihh, berarti Papa kaya banget dong?" Ian kembali bertanya.

"Banget! Masa kamu ngga tau seberapa kaya rayanya Papa?" Damar balik bertanya dan Ian menggeleng tidak tahu.

"Ian cuma taunya Papa punya Damjanovic Group aja." Ucap Ian polos.

"Nah! Damjanovic Group itu menaungi banyak perusahaan di berbagai bidang Ian, dan bukan cuma itu, tapi Damjanovic Group itu juga merupakan pemegang saham utama di beberapa perusahaan besar, sedang, maupun kecil. Salah satunya ya 'The Daily News' ini. Jadi Papa itu sebenernya setajir itu Ian." Jelas Damar.

"Kok abang ngga pernah kasih tau Ian?" Heran Ian yang baru tahu jika ternyata Papa Jusuf begitu kaya raya.

"Orang kamu ngga nanya." Singkat Damar yang ada benarnya juga.

"Assalamualaikum! Anybody home?"

Tiba-tiba terdengar suara lantang yang sangat mereka kenali

"Waalaikumsalam." Jawab Ian dan Damar.

Dengan cepat Ian menuruni tangga serta menghampiri sumber suara tersebut. Sementara Damar dan Pak Gede mengikuti setelahnya.

PAGI - RUMAH - RUANG KELUARGA

"PAPA!" Teriak Ian sambil memeluk erat Papa Jusuf yang tiba-tiba datang ke rumah begitu saja.

"Ouh! Easy boy, I'm old haha." Ucap Papa Jusuf yang terlihat sangat senang meski dipeluk Ian terlalu kencang.

"Haha sorry Papa, I'm over excited. Anyway, welcome home Pa!" Ucap Ian antusias menyambut kepulangan Papa Jusuf seraya melepas pelukannya.

"Thank you." Ucap Papa Jusuf.

Damar kemudian mendekati Papa Jusuf dan juga memeluk beliau.

"Welcome back Pa, akhirnya Papa bisa tinggal serumah lagi sama kita." Ucap Damar yang juga bahagia.

"Tapi kenapa mesti terdampar sih alibinya?" Protes Damar yang tidak habis pikir dengan Papa Jusuf.

"Itu yang paling masuk akal, Damar." Ucap Papa Jusuf.

"Pesawat Papa jatuh, lalu ditolong penduduk pulau terpencil. Papa dirawat sampai sembuh dan tinggal disana sementara sembari mencari cara untuk mendapat pertolongan dari daratan utama yang mana itu memakan waktu lama. Saat sudah mendapatkannya, Papa menghubungi Ben untuk mengurus kepulangan Papa. Begitu Damar, jadi masuk akal kan sebagai alibi mengapa Papa menghilang selama satu tahun." Jelas panjang lebar Papa Jusuf.

"Iyaa sih. Terus kenapa sekarang?" Tanya Damar yang penasaran kenapa baru sekarang Papa Jusuf siap untuk kembali.

"Elang beritahu Papa, kalau anak sulung Papa ini sudah bertunangan dan akan segera menikah dalam waktu dekat. Yaa tentu saja Papa tidak mau melewatkan momen berharga seperti itu. Lagipula bertepatan juga dengan semua urusan Papa yang sudah selesai untuk kembali." Jelas Papa Jusuf dan dimengerti oleh Damar.

"Yaa apapun itu, kita seneng banget Papa bisa balik lagi sama kita." Ucap Damar.

"Papa juga. Peluk lagi sekali boleh?" Pinta Papa Jusuf.

LUKA LARUT MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang