Dua Puluh Empat: Kembali

459 31 9
                                    

Jakarta, Indonesia

MALAM - RS. BATIK - KAMAR VVIP TULIP NO. 4

Damar melihat adanya pergerakan jemari Ian dan disusul dengan kedua matanya yang perlahan terbuka. Ian mengedarkan pandangannya dan menemui dirinya tengah dirawat di rumah sakit. Ia juga melihat sang kakak yang berada di sampingnya.

"Ian?" Damar memastikan.

"Hm." Gumam Ian yang memberikan respon.

"Syukurlah.. Jangan banyak gerak, diem dulu okey? Abang panggil dokternya." Ucap Damar yang kemudian menekan tombol di samping ranjang Ian.

Ceklek..

Dokter Eliza pun datang.

"Dok, adek saya baru aja siuman dok." Ucap Damar mengabari.

"Saya periksa dulu ya Mas." Ucap Dokter Eliza.

Dokter Eliza kemudian memeriksa keadaan Ian.

"Gimana dok?" Tanya Damar.

"Mas ngga usah khawatir. Alhamdulillah adik Mas sudah sadar dan lukanya juga tidak mengenai bagian organ vitalnya. Jadi diharapkan pemulihannya juga tidak terlalu lama nantinya. Hanya saja untuk saat ini masih perlu beristirahat." Jelas Dokter Eliza.

"Kalo saya boleh tau, apa yang terjadi ya Mas?" Tanya Dokter Eliza yang memang saat menangani Ian tidak bertanya kejadian apa yang menyebabkan Ian terluka seperti kemarin.

"Emm rumah kami dirampok dan dia sendirian di rumah karena saya lembur malam itu. Dia mau kabur tapi keburu ketauan, dia sempet ada perlawanan tapi kalah jumlah. Jadi yaa gitu dok." Jawab Damar yang lagi-lagi berbohong.

"Ohh gitu. Tapi maaf sebelumnya, apa adik Mas memang mengkonsumsi minuman beralkohol? Karena di dalam darahnya ada kandungan alkohol yang cukup tinggi." Tanya Dokter Eliza yang penasaran.

"Engga dok. Kalo soal itu, dia sempet disekap beberapa saat dan dicekoki minuman beralkohol yang memang saya simpan dan hanya saya peruntukkan bagi tamu. Adik saya ngga tau tempat dimana saya simpan minuman itu. Sialnya malah para perampok itu yang nemuin. Saya sama adik saya ngga pernah mau nyoba juga soalnya." Jelas Damar yang terdengar meyakinkan.

"Gila juga ya Mas." Respon Dokter Eliza yang mempercayai penjelasan Damar.

"Iyaa, makanya itu saya khawatir banget." Ucap Damar.

"Yasudah kalo begitu Mas, saya pamit dulu. Adiknya suruh istirahat lagi dulu yaa." Pesan Dokter Eliza sekaligus pamit meninggalkan ruangan.

"Baik dok, terima kasih banyak yaa." Ucap Damar.

"Sama-sama Mas." Ucap Dokter Eliza.

Dokter Eliza meninggalkan ruangan.

"Dek, kamu istirahat lagi yaa. Biar cepet pulih, abang tungguin disini." Ucap Damar yang menyuruh Ian untuk beristirahat kembali.

Ian hanya mengangguk dan memejamkan lagi kedua matanya agar tertidur.

Setelah memastikan Ian telah tertidur, Damar meraih handphonenya dan menelfon Aji.

"Halo, Ji?" Damar membuka percakapan.

"Iya Mar, ada apa?" Ucap Aji.

"Gimana investigasi di rumah gua?" Tanya Damar.

"Udah selesai kok dan keterangan lu juga sesuai. Udah gua buat laporan ke Komandan. Bisa dijadiin bukti buat naik ke pengadilan nanti. Dan flashdisk yang lu kasih itu, informasinya lengkap bangettt. Bisa jadi bukti juga." Jelas Aji.

LUKA LARUT MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang