Jakarta, Indonesia
MALAM - MARKAS PUSAT - RUANGAN ATASAN
Waktu menunjukkan sudah larut malam. Setelah Damar dan Aji bersih-bersih diri di safe house, kini keduanya sudah duduk termenung di ruangan Komandan Bima usai memberi keterangan tentang kronologi saat mereka di safe house.
Ceklek..
Komandan Bima memasuki ruangannya dengan membawa tiga gelas kopi yang baru dibelinya melalui aplikasi layanan delivery online.
"Nih, Kopi Susu Rum buat Damar sama Americano buat Aji. Minum dulu." Ucap Bima memberi masing-masing segelas kopi pada Damar dan Aji.
Keduanya pun meminum kopi pemberian Komandan mereka.
"Saya tau, kita sedang berduka. Tapi jangan sampai lengah, kita harus tetep waspada dan bangkit lagi. Sekarang, prioritas kita ada dua, yaitu cari Ian dan cari lokasi tiga bom 'Clairevoyant'." Jelas Bima.
"Terus soal interogasi Juna gimana Ndan?" Tanya Aji.
"Itu saya limpahkan sama anggota yang lain sesuai prosedur objektifikasi dalam proses interogasi. Saya ngga mau ambil resiko." Jawab Bima yang menilai keduanya kini tidak bisa berpikir maupun bersikap objektif dalam melakukan interogasi dan mereka memaklumi keputusan Komandan Bima.
"Oh iya, video rekaman CCTVnya gimana Ji?" Tanya Damar datar.
"Udah nih, udah gua benerin resolusinya. Lu mau liat sekarang?" Ucap Aji menawarkan.
"Mmm boleh deh." Jawab Damar karena penasaran.
"Video rekaman CCTV apa sih? Kayaknya dari tadi kalian bahas itu." Tanya Bima penasaran dengan yang dimaksud oleh kedua anggotanya itu dan Damar pun menjelaskan pada Bima.
"Kita liat bareng aja kali ya?" Tanya Aji yang mendapat anggukan setuju dari Bima dan Damar. Mereka pun menyaksikan video rekaman CCTV tersebut.
"Tunggu, tunggu, tunggu. Pause pas bagian mereka keluar dari rumah gua." Ucap Damar yang ingin memastikan siapa pria paruh baya yang hanya ia ingat siluetnya saja pada malam tragis itu. Menurut Laras, pria itulah yang mengepalai aksi malam itu di rumah keluarga Damar.
Damar tiba-tiba terbatuk-batuk saat menyeruput kopinya karena terkejut menyadari siapa pria paruh baya tersebut.
"Uhukk uhukk. I-Itu.. Itukan.. Om Bara.." Ucap Damar tak percaya.
"Om Bara siapa?" Tanya Bima.
"O-orang yang bawa Ian ke rumah sakit pas dia-mmm dia diserempet tempo hari itu Ndan." Jawab Damar terbata-bata karena terkejut.
Kini, rasa dendam akan kejadian itu seperti bergejolak lagi. Membersamai perasaan kalut karena berduka dan cemas yang masih menghantui. Ketiganya saling melempar tatapan karena memiliki pemikiran yang sama.
"Jadi, Bara ini.." Ucap Aji yang belum menyelesaikan kalimatnya dan segera mendapat anggukan dari Damar.
"Panggil Laras kesini." Perintah Bima pada Aji.
"I-iya Ndan." Respon Aji.
Tak lama kemudian, Laras memasuki ruangan Komandan Bima.
"Ada apa ya Ndan?" Tanya Laras dan Bima hanya menunjuk Aji, lalu Aji memperlihatkan rekaman CCTV yang telah ia perbaiki resolusinya pada Laras.
"Loh? Jadi.." Ucap Laras yang belum menyelesaikan kalimatnya
"Iya, dalang dari kejadian malam di rumah Damar itu Bara. Dan dia juga orang yang menolong Ian saat kecelakaan. Dia main-main sama Damar." Jelas Bima yang menilai bahwa Bara secara tidak langsung seperti menghina Damar yang tak tahu menahu tentang siapa dia saat di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA LARUT MALAM
General FictionMalam yang semakin larut biasanya terasa menenangkan untuk beristirahat sejenak melepas penat dari berkegiatan sehari penuh. Namun kini larut malam justru selalu terasa menghantui setiap rentang waktu itu tiba. Itulah yang dirasakan oleh kakak berad...