Bogor, Indonesia
SIANG - PABRIK KAYU GLENSKA - GUDANG
Di sisi lain, Ian masih dengan situasi yang sama. Ia terikat di kursi dan mulutnya di tutup lakban, hanya saja tidak menggunakan kain hitam penutup kepala lagi. Ian juga baru saja bisa tertidur karena semalaman menahan rasa sakit luka sayatan di telapak tangannya yang membuatnya tidak bisa tidur. Oleh karena itu, mereka mencampurkan obat tidur pada air putih yang diminum Ian di pagi harinya.
Linda dan Teja juga masih menjaga Ian di gudang. Sesaat mereka sedang senggang menjaga Ian, datanglah dua orang yang mereka sangat segani dan seketika membuat mereka berdua berdiri tegap. Ya, kedua orang itu adalah 'Bapak' dan 'Mas'.
"Gimana? Sudah makan dia?" Tanya 'Bapak'.
"Sudah 'Pak', dia juga baru saja bisa tidur karena kami beri obat tidur." Jawab Linda.
"Berapa lama dia tidur?" Tanya 'Bapak' pada Teja.
"Kurang lebih tiga jam 'Pak'." Jawab Teja.
"Oke, sekarang nyalakan lagi kameranya" Perintah 'Bapak' pada 'Mas'.
"Baik 'Pak'." 'Mas' pun menyalakan kameranya.
"Pegangi dia." Perintah 'Bapak' pada Teja.
Bugh!
Satu pukulan dari 'Bapak' mendarat sempurna di pipi kanan Ian dan membangunkannya dalam sekejap. Rasa sakit tepat pada rahangnya bersamaan dengan kaget dan kantuk jadi satu yang entah tidak dapat dideskripsikan rasanya.
"Sudah bangun?" Tanya 'Bapak' dan Ian masih belum sepenuhnya responsif.
Bugh!
Pukulan cukup keras dari 'Bapak' dengan ekspresi datarnya yang Ian rasa berhasil mematahkan tulang hidungnya sampai mengeluarkan darah dari lubang hidungnya.
"Buka lakban di mulutnya itu." Perintah 'Bapak' pada Teja.
"Argghh!" Ian sedikit mengerang.
'Bapak' kemudian mengambil sebatang rokok dan korek api dari saku celananya.
"Kamu pernah merokok sebelumnya?" Tanya 'Bapak' pada Ian dan Ian hanya menggelengkan kepalanya.
"Hmm saya yakin, abangmu pasti sangat melarang kamu buat coba benda ini kan?" Tanya 'Bapak' memastikan dan Ian hanya mengangguk.
Lalu 'Bapak' pun menyalakan rokok yang ada disela jarinya dan memberi isyarat pada Teja untuk kembali memegang tubuh Ian.
"Coba." Ucap 'Bapak' yang membuat Ian seketika panik dan berusaha memberontak.
Sebelumnya, Ian tidak pernah sekalipun mencoba merokok atau minum minuman beralkohol sedikitpun. Tidak hanya karena Damar melarangnya, tetapi juga karena alasan kesehatan sebagai atlet tim sepak bola yang harus tetap terjaga. Jadi wajar jika ia kini berusaha menolak paksaan tersebut.
"Tolong jangan, saya mohon jangan." Ucap Ian yang masih memberontak dan berharap hal tersebut hanya gertakan saja.
Tanpa basa-basi, 'Bapak' pun memaksa Ian untuk menghisap rokok yang sudah dinyalakan.
"Uhukk uhukk." Ian tentu saja terbatuk-batuk karena baru pertama kali mencoba menghisap rokok dan tidak dapat mengeluarkan asap rokok yang sudah dihisapnya sebagaimana mestinya.
Belum berhenti sampai disitu, 'Bapak' kemudian mengambil sebotol besar minuman terlarang yang persentase kandungan alkoholnya cukup tinggi. Jadi tentu efek memabukkannya juga lebih cepat dan cukup berbahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA LARUT MALAM
Художественная прозаMalam yang semakin larut biasanya terasa menenangkan untuk beristirahat sejenak melepas penat dari berkegiatan sehari penuh. Namun kini larut malam justru selalu terasa menghantui setiap rentang waktu itu tiba. Itulah yang dirasakan oleh kakak berad...