Dua Puluh Dua: Perisai

370 27 2
                                    

Jakarta, Indonesia

MALAM - RS. BATIK

Damar kini sedang menunggu proses perpindahan Ian ke kamar rawat inap. Ia sendirian menunggu di luar ruangan, lalu Damar tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Komandan Bima, Aji, dan Laras.

"Itu Damar Ndan!" Ucap Aji menunjukkan.

Mereka kemudian berlari menghampiri Damar dan Damar pun juga menyadari kedatangan mereka.

"Damar, lu utang cerita banyak ya ke gua!" Ucap Aji yang terengah-engah.

"Ssttt ini rumah sakit, jangan kenceng-kenceng kalo ngomong. Ini lagian kenapa pada lari-lari begini?" Ucap Damar yang heran melihat mereka.

"Ini.. Ini anak nih yang ngajak kita lari-larian. Panikan banget, tuh liat bestie kamu gapapa kan? Aman-aman aja dia." Ucap Bima menggerutu sambil menunjuk ke arah Aji.

"Yaa maaf, namanya juga panik.." Ucap Aji pelan.

"Niminyi jigi pinik.." Laras mengejek.

"Udah udah, balik lagi ke Damar. Kalo kamu sekarang gapapa, terus kenapa kamu masih di rumah sakit, ngapain?" Lerai Bima sekaligus mengalihkan pembicaraan dengan bertanya pada Damar.

"Mmm itu.." Jawab Damar sambil menunjuk ke arah dalam ruangan Ian.

Mereka pun melihat melalui kaca pada pintu ruangan. Ketiga terkejut bukan main ketika melihat Ian yang berada dalam ruangan.

"Ian..?" Heran Bima.

"Kok bisa?" Penasaran Aji.

"Ketemu dimana?" Tanya Laras.

Damar kemudian menceritakan dengan detail kronologi dari kejadian sepulang penggerebekan dari pabrik kayu.

Mereka tidak bisa berkata apa-apa saat mendengar penuturan Damar. Masalah demi masalah dihadapi oleh Damar.

"Kedengarannya ini sangat klise, tapi saya cuma bisa bilang yang sabar. Kita disini ada buat kamu, jadi jangan ngerasa sendirian yaa." Ucap Bima prihatin.

"Iyaa, terima kasih banyak Ndan.." Balas Damar.

"Kapanpun lu butuh bantuan kita, kabarin aja oke?" Ucap Aji menghibur Damar.

"Ngga perlu sungkan yaa Mar." Imbuh Laras.

"Iyaa." Singkat Damar yang menahan haru.

"Astaga Ndan, saya lupa tadi sampe ngga sempet menghubungi tim olah TKP buat dateng ke rumah saya." Ucap Damar tiba-tiba yang benar-benar lupa.

"Udahh gampang soal itu, biar Aji sama Laras yang ambil alih penyelidikan di rumah kamu. Ya kan?" Ucap Bima yang setidaknya sedikit meringankan beban Damar saat ini.

"Iyaa, tenang ajaa kita bakal bantuin kok." Sahut Laras.

"Ngga tau harus berterima kasih kayak gimana lagi sama kalian. Terima kasih banyak yaa. Dann oiyaa, nih key card cadangan rumah gua." Ucap Damar sambil memberikan kartu akses cadangan rumahnya dan diterima oleh Aji.

"Ehh iyaa. Di depan pintu rumah gua, ada kotak merah. Lu ambil dan simpen dulu yaa. Besok pagi gua pulang dulu buat ambil beberapa keperluan soalnya, terus baru berangkat ke markas." Jelas Damar.

"Ngapain kamu besok ke markas? Udah biar kita yang tangani sementara. Kamu juga pasti butuh istirahat kan." Ucap Bima seperti melarang Damar bekerja sementara.

"Ngga bisa Ndan, saya pengen nyelesaiin misi ini secepatnya. Saya mau tangkap si Baron sialan itu." Damar kekeuh.

"Baron siapa lagi??" Bingung Aji.

LUKA LARUT MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang