Jakarta, Indonesia
MALAM - RUMAH - DAPUR X TEMPAT MAKAN
Damar melihat Ian duduk terikat dan menunduk dengan beberapa luka memar di wajah tampannya yang sudah bersimbah darah.
"Ian?!" Damar sedikit berteriak karena khawatir adiknya tidak merespon. Mendengar teriakan kedua Damar membuat Ian membuka kedua matanya perlahan dengan kondisi setengah sadar. Itu dikarenakan efek memabukkan yang masih sangat ia rasakan.
Melihat itu, Damar yang akan melepaskan ikatan kaki tangan dan lakban pada mulutnya pun mendekatkan diri pada adiknya. Belum sempat menyentuh Ian, tiba-tiba..
Ceklek!
Bunyi pelatuk pistol yang terasa dingin menempel tepat di bagian belakang kepala Damar.
"Turunkan senjatamu, letakkan di lantai, dan tendang menjauh." Perintah seorang pria yang berdiri tepat di belakang Damar. Tak ada yang bisa dilakukan Damar selain menuruti perintahnya.
"Duduk di kursi dan letakkan kedua tanganmu di atas meja." Perintah 'Mas' lagi dan dituruti oleh Damar.
"Gimana 'Mas'? Udah aman?" Tanya 'Bapak'.
"'Mas'?" Batin Damar yang mengingat pengakuan dari Rusdi, ilmuwan yang tempo hari sudah ditangkap. Pengakuan tentang 'Menteri' dari 'Clairevoyant' yang dikenal dengan panggilan 'Mas'.
"Aman 'Pak'." Jawab 'Mas'.
"Yasudah kamu geser sini, jangan membelakangi dia." Perintah 'Bapak' yang kemudian duduk berhadapan dengan Damar di meja makan dan mereka duduk diantara Ian yang berada di tengah.
'Mas' kemudian berpindah tempat ke samping kanan 'Bapak', namun tetap menodongkan pistol ke arah depan Damar. Kini ia berdiri ke arah serong menghadap Damar. Untuk pertama kalinya, Damar berhadapan langsung dengan sosok 'Mas'.
Damar memperhatikan sosok 'Mas' dengan seksama. Aneh, ia seakan mengenali wajah 'Mas' tapi entah dari mana. Pikirannya juga masih kacau melihat keadaan adiknya yang tak berdaya. Namun 'Mas' hanya menatap tajam dengan ekspresi datar.
"Damar.." Panggil 'Bapak' dengan tenang yang membuyarkan lamunan Damar ketika mencoba mengingat dari mana ia mengenali sosok 'Mas' ini.
"Saya sudah lama ingin berbicara empat seperti ini sama kamu. Perkenalkan, nama saya Baron Kartanegara a.k.a 'Bara'/'Bagas'/'Bapak' atau lebih dikenal lagi dengan julukan 'Clairevoyant'." Ucap 'Bapak' dan Damar hanya diam menahan emosi.
"Gini Damar, saya heran. Kenapa saya selalu bermasalah dengan keluarga kamu. Pertama, Mada. Kedua, Jusuf. Lalu ketiga, Dyah. Dan lucunya, sekarang saya bermasalah dengan kamu." Lanjut Baron dengan santai.
Damar terkejut dengan pernyataan Baron, mengapa ketiga orang tuanya memiliki masalah dengan 'Clairevoyant'.
"Oh kamu belum tau ya? Pantas kaget." Ejek Baron.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA LARUT MALAM
Ficción GeneralMalam yang semakin larut biasanya terasa menenangkan untuk beristirahat sejenak melepas penat dari berkegiatan sehari penuh. Namun kini larut malam justru selalu terasa menghantui setiap rentang waktu itu tiba. Itulah yang dirasakan oleh kakak berad...