Dua Puluh Delapan: Balas

467 31 6
                                    

Jakarta, Indonesia

PAGI - RUMAH - KAMAR DAMAR

Dalam setahun terakhir, Damar dapat tidur nyenyak jika ia ketiduran. Sebab di setiap malam, tidurnya selalu terjaga karena banyaknya hal-hal yang ia takuti. Sama seperti malam kemarin yang jadi badannya terasa begitu lelah pagi ini.

Belum lagi beban pikiran yang ditanggungnya, firasatnya mengatakan bahwa hari-harinya akan sama beratnya seperti hari kemarin. Sungguh ingin sekali rasanya Damar menyelesaikan misi kali ini secepatnya.

Ia duduk melamun di tepi kasurnya, berusaha menguatkan dan mempersiapkan diri untuk menghadapi hari ini. Damar menggunakan kaos sleeveless favoritnya dan rambut yang masih acak-acakan. Meski nyawanya serasa belum terkumpul sepenuhnya, Damar berjalan ke kamar mandi dan mencuci mukanya. Damar yang merasa haus setelah bangun tidur pun memilih untuk turun ke dapur.

PAGI - RUMAH - DAPUR X TEMPAT MAKAN

Saat di dapur, Damar melihat Regas yang sedang mempersiapkan bahan-bahan masakan yang telah dibelinya.

"Pagi Regas." Sapa Damar sambil meminum air putih yang diambilnya.

"Eh pagi Mas." Jawab Regas sedikit terkejut dengan kedatangan Damar.

"Mmm tapi Mas Damar gapapa kan saya panggil Mas?" Tanya Regas memastikan.

"Gapapa lah, bebas. Kenapa nanya gitu?" Heran Damar.

"Soalnya Ian ngga mau dipanggil Mas, katanya agak trauma. Jadi saya ngga berani tanya lebih lanjut Mas." Terang Regas.

"Oh gitu, terus Ian nya mana sekarang?" Tanya Damar yang belum melihat keberadaan adiknya.

"Masih tidur di sofa ruang keluarga Mas." Jawab Regas.

"Yaudah kalo gitu, saya mau mandi sama siap-siap. Saya ada keperluan pagi ini, terus lanjut berangkat kerja nanti." Jelas Damar.

"Baik Mas, oiya Mas sama Ian mau sarapan apa?" Tanya Regas.

"Hmm saya mau Lemon-Garlic Baked Salmon sama Asparagus. Terus minumnya Air Putih aja, tapi bikinin juga Kopi Susu Rum buat saya minum sambil jalan nanti. Bisa?" Pinta Damar dengan spesifik.

"Bisa Mas. Kalo Ian?" Lanjut Regas.

"Kalo Ian, Beef Short Ribs sama Veggie apapun yang diboiled pokoknya, terus tambahin Mashed Potatoes juga ya. Minumnya Apple Juice sama Air Putih. Nanti kalo misalnya dia minta yang aneh-aneh jangan dikasih ya, lagi masa pemulihan soalnya. Apalagi kalo minta kopi, jangan. Kemaren saya lupa buat bilang soal ini, tapi menu buat makan siang nanti saya kasih tau kamu lewat chat ya." Jelas Damar yang sama spesifiknya.

"Siap Mas." Regas menyanggupi dan ada sedikit rasa bersalah karena menghidangkan Siomay abang-abangan kemarin.

Damar kemudian kembali ke kamarnya untuk mandi dan bersiap-siap. Setelah itu, ia menuju ke ruang keluarga untuk membangunkan Ian yang masih tertidur di sofa.

PAGI - RUMAH - RUANG KELUARGA

"Ian? Bangun yuk, sarapan bareng." Ucap Damar, namun Ian belum juga bangun.

"Ian? Ayo bangun, Ian-" Ucap Damar terpotong sambil mengoyang-goyangkan lengan Ian.

"JANGAN! SAYA MOHON BERHENTI!" Teriak Ian yang tiba-tiba terbangun dengan posisi tangan kirinya menarik kerah kemeja Damar dan tangan kanannya siap melayangkan sebuah pukulan yang untungnya ditahan oleh Damar dengan sigap.

"Ian hei! I-ini abang, INI ABANG! Tenang dulu okey? Ini abang." Cegah Damar yang berusaha menenangkan dan menyadarkan Ian.

"Huftt, maaf bang.. Maaf ya.." Ucap Ian yang kemudian melepaskan cengkraman dan kepalan tangannya.

LUKA LARUT MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang