Tiga Puluh: Tuntas

439 30 18
                                    

Jakarta, Indonesia

PAGI - APARTEMEN AJI - KAMAR AJI

Suara dengkuran Aji terdengar cukup keras disaat ia lelap tidur. Tiba-tiba..

Triinggg!

Bunyi dering notifikasi panggilan telfon pada handphone Aji.

Aji yang mendengarnya pun terbangun dengan mata yang masih terpejam dan berusaha meraba untuk menemukan sumber suara tersebut.

"Ah!" Seru Aji yang akhirnya mendapati handphonenya dalam genggamannya.

Ia kemudian menerima panggilan tersebut tanpa melihat nama penelfon yang tertera.

"Hm? Halo? Ini siapa ya?" Tanya Aji dengan suara menyeret.

"Minimal liat dulu siapa yang nelfon." Ucap penelfon.

"Ha? Siapa sih?" Ucap Aji sambil menormalkan pandangannya dan melihat nama penelfon.

"Astaga, maaf yaa Ras. Kirain siapa. Lagian ngapain sih nelfon jam segini? Ngga liat ini jam berapa? Ini jam 3 pagi buta wei." Maaf Aji disertai protes pada Laras yang menelfonnya tiba-tiba di pagi dini hari.

"Sorry ngga liat jam berapa, soalnya ini informasi penting banget." Ucap Laras.

"Info apaan?" Ucap Aji.

Laras kemudian menceritakan alasannya mengapa ia menghubungi Aji mendadak.

"HAH?! Serius?!" Tanya Aji tak percaya.

"Iyaa. Nah aku nelfon itu karena mau minta tolong buat jemput Damar di rumahnya. Soalnya dia ngga bisa dihubungin dari tadi. Sekalian dateng kesana." Pinta Laras.

"Oh gitu, iya iyaa. Aku jemput Damar dulu abis itu kesana." Ucap Aji.

"Maaf yaa ganggu jam segini." Ucap Laras.

"Yaa tadinya sih mau marah, tapi ga jadi. Dah ya aku matiin telfonnya." Balas Aji yang langsung mengakhiri panggilan tersebut.

Aji kemudian bersiap-siap dengan cepat dan bergegas menuju rumah Damar.

PAGI - RUMAH - KAMAR DAMAR

"Mar, weii! Mar! Bangun cok!" Seru Aji berusaha membangunkan Damar.

"Apasihh berisik bangett." Kesal Damar yang kemudian membuka kedua matanya perlahan.

"Aji? Anjing apa-apaan sih lu! Lu ngapain tiba-tiba bisa di kamar gua." Ucap Damar yang menyadari keberadaan sahabatnya.

"Yeeuu gua tuh disuruh Laras buat jemput lu. Soalnya lu tuh ngga bisa dihubungi dari tadi." Ucap Aji yang membuat Damar mengernyitkan dahinya.

"Handphone gua ke silent. Lagian lu ngapain jemput gua? Jam setengah 4 pagi? Sehat lu?" Damar penuh tanya namun tetap mencoba kembali tidur.

"Eh mau tidur lagi nih anak. Bangun ngga lu!" Paksa Aji namun Damar seperti tidak mendengarkan. Rupanya Aji butuh cara lain untuk membangunkan Damar.

"'Clairevoyant' mati." Singkat Aji yang sontak membuat Damar tidak lagi mengantuk. Bak disambar petir, kabar itu membuatnya kecewa sekaligus marah.

"Yang bener lu?!" Damar memastikan.

"Gua serius, makanya ini gua jemput lu buat ke Lapas Bawera bego." Ucap Aji yang kesal.

Damar menghela nafas dan mengusap wajahnya dengan kasar. Damar segera berganti pakaian dan memasuki mobil Aji yang sudah siap untuk berangkat.

PAGI - MOBIL - PERJALANAN

LUKA LARUT MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang