Dua Puluh Satu: Koma

501 28 4
                                    

Jakarta, Indonesia

MALAM - RS. BATIK - ROOFTOP

Tit tit tit.

Bunyi tersebut lalu berhenti. Dalam suasana hening, Damar masih memeluk erat Aca dan keduanya juga memejamkan mata.

Tak terjadi apapun selama kurang lebih lima menit.

"Ummm Mar?" Panggil Aca.

"Iya Ca?" Respon Damar.

"Kita ini sebenernya lagi ngapain ya?" Tanya Aca.

"Euhh bentar ya Ca." Damar menahan pertanyaan Aca karena mendengar suara pada earpiecenya.

"Clear! Bom telah berhasil dijinakkan dan sudah tidak aktif lagi. Selamat rekan-rekan, kita masih diizinkan untuk hidup lebih lama." Ucap Teddy melalui earpiece. Semua memghela nafas lega mengetahui informasi tersebut.

"Semuanya aman?" Tanya Damar memastikan.

"Aman." Ucap para anggota serempak.

"Syukurlah kalo begitu. Sekarang silahkan lakukan peninjauan dan investigasi di lokasi masing-masing. Dan saya mau kirimkan tim penjinak bom ke RS. Batik sekarang juga untuk melakukan hal yang sama. Terima kasih semuanya, kerja bagus hari ini." Perintah Damar.

Aca kembali menatap bingung kekasihnya dan melepaskan pelukannya dengan Damar.

"Bom? Jadi maksud kamu, barusan kita menghindar dari bom?" Tanya Aca yang sangat menginginkan penjelasan dan Damar menonaktifkan earpiecenya.

"Umm.. Euhh.." Damar gugup menjelaskan yang sebenarnya terjadi.

"Apa amm emm amm emm. Apa bener?" Tanya Aca sedikit galak.

"Umm iyaa Ca.." Jawab Damar yang sedikit takut kekasihnya itu marah.

"Kenapa kamu ngga bilang? Kenapa ngga evakuasi warga sipil dulu? Hah?" Dan benar saja Aca terlihat begitu menyeramkan.

"Waktunya ngga cukup sayang, soalnya informasi yang aku terima juga mendadak banget." Jawab Damar.

"Yaa seenggaknya kamu kasih tau aku. Aku tuh bener-bener khawatir kamu kenapa-napa, aku cuma punya kamu Damar ihh." Ucap Aca yang memukul-mukul dada Damar sambil mulai menangis.

"Sini sini sini. Udah yaa. Kan ini aku gapapa. Okey?" Damar membawa Aca ke dalam pelukannya. Mencoba menenangkan Aca dengan mengusap punggung dan kepalanya.

"Udah yaa, liat tuh ingusnya kemana-mana ihh." Gurau Damar yang merenggangkan pelukannya dan mengenggam kedua tangan Aca.

"Ihhh bodo amat nih aku peperin ingusku." Ucap Aca yang sedikit kesal namun tetap jahil dan Damar hanya pasrah.

Tanpa ia sadari, tangisnya pun mereda dan tak sengaja melihat kembali tangan Damar yang terluka. Aca segera mengambil perlengkapan medis dari tas yang sedari tadi memang dibawanya.

"Sini aku obatin, kali ini harus mau. Bentar aja kok." Ucap Aca yang meraih kedua tangan Damar. Sementara Damar lagi-lagi hanya bisa pasrah.

Mereka berdua kini duduk di rooftop sambil mengobati tangan Damar yang terluka dan menunggu tim penjinak bom datang.

"Maaf yaa Ca tadi aku udah bentak-bentak kamu.." Ucap Damar dengan rasa bersalah.

"Iyaa gapapa.." Jawab Aca dengan lembut.

"Nah udah nih, seterusnya nanti aku yang rawat luka ini yaa. Sementara gini dulu." Ucap Aca setelah mengobati tangan Damar.

"Makasih yaa Aca.." Ucap Damar yang dibalas senyuman oleh Aca.

LUKA LARUT MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang