Jakarta, Indonesia
SORE - CAFE KOPI TERAS
Damar menepati janji untuk bertemu dengan Laras. Ia tiba di tempat yang sudah disepakati kemarin dan memasuki cafe. Dilihatnya Laras yang sudah menunggu di salah satu sudut cafe.
"Hai Ras, lama ngga nunggunya?" Sapa Damar.
"Ngga kok, ini pesenan gua baru aja sampe. Lu pesen dulu deh." Balas Laras.
Damar memesan kopi favoritnya dan setelah itu mulai membuka pembicaraan dengan Laras.
"Jadi gimana Ras?" Tanya Damar.
"Gini Mar, gua mau tanya sama lu. Lu kenal sama orang ini?" Tanya Laras sambil menunjukkan sebuah rekaman CCTV di rumah sakit.
"Iya kenal gua, tapi yaa pas momen itu doang sih." Jawab Damar.
"Beneran ngga lebih dari itu?" Tanya Laras memastikan.
"Iyaa beneran, orang dianya juga buru-buru pergi. Kenapa emangnya?" Tanya Damar balik.
"Gua kan sebelumnya udah ngasih tau lu soal atribut seragam yang oknum-oknum itu pake asalnya dari pabrik yang sama, yaitu Prakasa Textil. Nah yang punya pabrik itu ya orang ini Mar, namanya Bagas Hadiwijaya." Jelas Laras.
"Bagas? Tunggu dulu. Pas ketemu gua, orang ini kenalan sama gua bukan dengan nama itu. Tapi dia bilang namanya Bara." Respon Damar yang bingung, begitu juga dengan Laras.
"Waktu itu, adek gua diserempet orang pas banget di depan rumahnya. Terus dia juga yang bawa adek gua ke rumah sakit. Dan dia bilang kalo dia baru aja pindah rumah." Imbuh Damar.
"Baru pindah? Kalo menurut catatan sih dia ngga pernah pindah loh. Rumahnya tetep di Jalan Flamboyan 1." Ucap Laras pun semakin bingung.
"Ras.. Adek gua tuh kecelakaan di Jalan Cempaka Putih. Berarti kan rumahnya dia juga di area situ." Jelas Damar yang tak kalah bingung.
"Wah ngga beres nih. Ck, yaudah deh Mar, keterangan lu ini nanti bakal gua tindaklanjuti sama tim gua. Jadi gua makasih banget lu udah mau nemuin gua." Ucap Laras.
"Gua yang mestinya terima kasih karena lu ngga berhenti berusaha buat nyelesaiin kasus ini." Balas Damar.
"Udah tugas gua. Oiya nih, gua ada rekaman CCTV dari rumah di ujung jalan. Ini bisa jadi bukti kuat kalo rekamannya ngga seburem itu. Orang IT gua ilmunya belom nyampe deh. Jadi tolong kasihin ini ke Aji biar dibikin lebih jernih lah. Kalo udah jangan lupa kabarin gua ya." Jelas Laras yang memberikan sebuah flashdisk dan diterima oleh Damar yang hanya mengangguk.
"Semoga ada titik terang selanjutnya." Pungkas Laras.
MALAM - SAFE HOUSE - RUANG TENGAH
Seperti yang sudah diberitahukan kemarin, semua anggota tim kecuali Juna beserta Komandan Bima kini mengadakan pertemuan di ruang tengah. Sedangkan Ian seperti biasa di studio musik.
"Izin berbicara Ndan, terima kasih sebelumnya udah pada dateng ke pertemuan malam ini. Saya terlebih dahulu mau menyampaikan beberapa hal. Baru setelah itu saya minta pendapat dari kalian baiknya bagaimana." Ucap Damar yang kemudian menjelaskan apa saja yang terjadi dengannya belakangan ini, lalu menyampaikan hasil penyelidikannya sendiri, keterlibatan Juna, dan menyertakan bukti-bukti kuat yang dimilikinya sementara.
Semua anggota bahkan Komandan Bima merasa antara percaya dan tidak percaya, namun bukti yang diberikan Damar membenarkan adanya Juna sebagai mata-mata dalam tim. Dan jika dipikir-pikir lagi, sebenarnya masuk akal. Juna seringkali menghilang entah kemana dalam rentang waktu yang sama dengan beberapa kejadian. Akan tetapi Damar masih membutuhkan bukti secara fisik untuk menyempurnakan penyelidikan yang dilakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA LARUT MALAM
Fiction généraleMalam yang semakin larut biasanya terasa menenangkan untuk beristirahat sejenak melepas penat dari berkegiatan sehari penuh. Namun kini larut malam justru selalu terasa menghantui setiap rentang waktu itu tiba. Itulah yang dirasakan oleh kakak berad...