Happy Reading 🤍
Achera sedang duduk di pinggir ranjang UKS. Dengan Damian yang mengobati lengannya yang melepuh karena kuah panas. Setelah selesai dengan lengan Achera.
Damian menyingkap sebagian rok Achera. Matanya sontak membola melihat belati yang terbungkus rapi di paha kanan Achera. Sangking terkejutnya, Damian bahkan lupa saat ia masih menatap paha Achera.
"Kau... Belati ini untuk apa?" bingung Damian. Achera reflek menutup kembali roknya yang tersingkap sedikit. Damian menatap Achera dengan tatapan tidak percaya. Membuat Achera panik seketika.
"Jangan laporkan pada siapun tentang itu. Bagian itu hanya sedikit yang melepuh. Cukup lengan saja yang kau obati. Terimakasih, aku pergi dulu," sela Achera karena tidak ingin Damian menanyainya lebih tentang belati itu.
"Tidak masalah."
Damian membereskan salep, dan obat obatan lainnya lalu memasukkannya ke kotak P3K yang tersedia.
Achera keluar dari UKS meninggalkan Damian yang masih memegang kotak P3K di tangannya. Damian menatap punggung Achera yang perlahan menghilang dengan tatapan yang sulit diartikan.
Tanpa mereka sadari, ada seorang pria dewasa yang melihat interaksi keduanya. Pria itu tersenyum simpul.
"Dasar anak muda jaman sekarang," gumamnya dengan mengikuti arah mata Damian masih terdiam menatap Achera yang menjauh.
✧・゚: *✧・゚:*
Achera duduk di bangkunya sambil memikirkan Damian. Bagaiman jika pria itu mencurigainya? Bagaimana semisal dia melaporkan Achera yang membawa senjata tajam di sekolah kepada guru atau kepala sekolah?
Pikirkan nya sedang tidak stabil saat ini. Ia masih khawatir jika Damian melaporkannya. Achera menghela napas berat. Hari pertama sekolahnya sangat berantakan.
Akhirnya Achera mengikuti pelajaran dengan tidak fokus karena masih was was dengan Damian.
Begitu pula dengan Damian. Ia masih memikirkan Achera. Bagaimana bisa seorang pelajar kelas 10 membawa belati ke sekolah? Meskipun untuk merencanakan sesuatu, pasti tidak mungkin menggunakan senjata tajam.
Mereka berdua terus saling memikirkan satu sama lain tentang kejadian di UKS.
Sangking sibuknya dengan pikiran masing-masing, mereka bahkan lupa untuk saling berkenalan. Mengetahui masing-masing namanya pun tidak tahu.
Achera mulai menyimpan dendam kepada Celia. Karenanya Ia jadi was was seperti ini. Dahulu Ia tidak pernah merasakan kekhawatiran ini.
Karena terus menyembunyikan identitas nya sebagai pembunuh bayaran. Saat tampil di depan umum atau mengikuti acara bisnis Veronica, mereka berdua menggunakan nama asli namun dengan sikap yang berbeda.
✧・゚: *✧・゚:*
Bel pulang berbunyi. Kini semua murid sudah hampir kembali ke rumah masing-masing. Seluruh pelajaran sudah selesai.
Murid yang mengikuti ekstrakurikuler bersiap, seperti mengganti pakaian, menyiapkan alat alat, menemui pembina ekstrakurikuler, dan melakukan persiapan lain.
Achera asli memilih ekstrakurikuler memanah yang dilaksanakan setiap hari rabu dan jumat.
Terdengar aneh bukan? Gadis manja mengambil ekstra memanah? Jangan remehkan Achera hanya karena sikap manjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Antagonist's
FantasyAngin malam berbisik lembut. Mengalun, membuat daun-daun menari dengan teratur. Gelap, tetapi indah. Malam ini, malam di mana Sang Malaikat Maut Cantik akan mengambil satu nyawa. Elleonore, auranya bak dewi kegelapan. Rambutnya hitam legam. Mata taj...